Hidayatullah.com—Dewan Akademik (AC) Universitas Delhi baru-baru ini menyetujui beberapa modifikasi silabus, yang terutama melibatkan penghapusan penyair dan filsuf Mohammad Iqbal dari kurikulum ilmu politik di program Bachelor of Arts (BA).
Pejabat telah menyatakan bahwa bab berjudul ‘Pemikiran Politik India Modern’ saat ini termasuk dalam makalah semester enam dari program BA. Namun, setelah keputusan Dewan Akademik, masalah tersebut sekarang akan disampaikan kepada Dewan Eksekutif universitas untuk keputusan akhir.
Sementara itu, Akhil Bharatiya Vidyarthi Parishad (ABVP) yang berafiliasi dengan kelompok radikal, Rashtriya Swayamsevak Sangh (RSS) menyatakan persetujuannya atas keputusan tersebut. “Ada mosi terkait perubahan silabus ilmu politik. Sesuai mosi, ada satu bab tentang Iqbal yang dihapus dari silabus,” ujar anggota Dewan Akademik kepada MuslimMirror.
Salah satu unit dalam silabus didedikasikan untuk Mohammad Iqbal dan diberi judul ‘Iqbal: Komunitas’. Unit ini merupakan bagian dari kursus yang lebih luas yang terdiri dari total 11 unit.
Tujuan utama dari kursus ini adalah untuk memeriksa tema-tema yang signifikan dengan mempelajari ide-ide dan filosofi dari berbagai pemikir individu. Selain Mohammad Iqbal, mata kuliah ini juga mencakup studi pemikir terkemuka lainnya seperti Rammohan Roy, Pandita Ramabai, Swami Vivekananda, Mahatma Gandhi, dan Bhimrao Ambedkar.
“Kursus ini dirancang untuk memberi siswa gambaran sekilas tentang kekayaan dan keragaman dalam pemikiran politik India,” silabus menyebutkan.
Kursus ini bertujuan untuk membekali siswa dengan pemahaman kritis tentang pemikiran India modern, tambahnya. “Eksplorasi ide secara tematis dimaksudkan untuk menemukan perdebatan topikal tentang subjek-subjek penting pada lintasan sejarah dan merefleksikan beragam kemungkinan yang ditampilkan dalam tulisan para pemikir masing-masing,” katanya lebih lanjut.
ABVP menyatakan dukungannya untuk keputusan tersebut, dengan menyatakan bahwa mereka percaya sarjana terkenal Iqbal, yang mereka gambarkan sebagai “cendekiawan teologi fanatik”, memainkan peran penting dalam pembagian India.
“Dewan akademik Universitas Delhi memutuskan untuk menghapus sarjana teologi fanatik Mohammad Iqbal dari silabus ilmu politik DU. Itu sebelumnya dimasukkan dalam makalah semester enam BA berjudul ‘Pemikiran politik India modern,” kata ABVP dalam sebuah pernyataan.
“Mohammad Iqbal disebut ‘bapak filosofis Pakistan’. Dia adalah pemain kunci dalam membangun Jinnah sebagai pemimpin di Liga Muslim. Mohammad Iqbal bertanggung jawab atas pemisahan India seperti halnya Mohammad Ali Jinnah,” tambahnya.
Mohammad Iqbal
Mohammad Iqbal seorang filsuf, penyair, dan politikus terkemuka dari British India. Ia lahir pada tanggal 9 November 1877, di Sialkot, Punjab (sekarang bagian dari Pakistan), dan meninggal pada tanggal 21 April 1938, di Lahore, Punjab, British India (sekarang Pakistan).
Iqbal secara luas dianggap sebagai salah satu tokoh paling berpengaruh dalam sastra Urdu dan dikenal karena karya puitisnya dalam bahasa Urdu dan Persia. Puisi-puisinya kerap mengangkat tema spiritualitas, nasionalisme, dan revitalisasi komunitas Muslim di Asia Selatan.
Selain kontribusi kesusastraannya, Iqbal juga seorang filsuf terkemuka dan advokat yang kuat untuk hak dan kesejahteraan penduduk Muslim. Dia menekankan pentingnya kedirian, penemuan diri, dan pengejaran pengetahuan dalam gagasan filosofisnya.
Konsep Iqbal tentang “Khudi” (kedirian) menyerukan individu untuk mewujudkan potensi penuh mereka dan bekerja untuk kemajuan masyarakat. Pemikiran dan tulisan Mohammad Iqbal terus dipelajari dan dipuja secara luas, dan ia dianggap sebagai penyair nasional di Pakistan.
Puisi dan ide filosofisnya telah meninggalkan dampak abadi pada lanskap budaya, intelektual, dan politik di wilayah tersebut.*