Hidayatullah.com—Agresi ‘Israel’ di Jalur Gaza menjadi topik paling penting dan mendominasi pertemuan ulama dunia yang diselenggarakan organisasi Persatuan Ulama Internasional dan Cendekiawan Muslim (IUMS) di Doha, Qatar.
Dalam acara bertema “Menegakkan Agama, Membangkitkan Umat dan Membela Situs-situs Suci Islam”, organisasi yang didirikan pada tahun 2004 oleh Syaikh Dr. Yusuf al-Qaradhawi menyelenggarakan Sidang Umum ke-6 di Doha, Ibu Kota Qatar mulai tanggal 6 hingga 11 Januari 2024.
Sidang umum IUMS kali ini adalah yang pertama dilakukan setelah kepergian tokoh pendiri dan ketua pertamanya berpulang ke rahmatulllah pada bulan November 2022 silam.
Acara dihadiri sekitar 1000 ulama dari 92 negara dunia. Pembukaan Sidang Umum ke-6 IUMS dimulai pada pukul 19.00 waktu setempat di Auditorium Hotel Sheraton Doha, diawali tilawah Al-Quran oleh Syaikh Prof. Dr. Ahmad ‘Isa al-Ma’sharawi, seorang ulama ahli qiroat Mesir, dilanjutkan sambutan singkat anggota IUMS tertua saat ini Syaikh Abdurrazaq Al-Qassum, mantan Ketua Ikatan Ulama Al-Jazair.
Acara dilanjutkan pidato Dr. Salim Segaf Al-Jufri, selaku Ketua Umum IUMS. Ia menyinggung terselanggaranya sidang umum ini di tengah kondisi umat Islam yang memilukan, terutama agresi zionis terhadap Gaza yang sudah berlangsung 90 hari tanpa henti.
Habib Salim memaparkan tantangan besar umat Islam saat ini umat Islam berada di tengah gempuran proyek hegemoni kekuatan global dan tantangan internal dunia Islam seperti perpecahan dan konflik sosial.
Termasuk pengkotakan mazhab agama dan tirani politik, kelemahan ekonomi serta kemerosotan ilmu dan budaya. “Hal ini menuntut kita semua para ulama untuk melipatgandakan usaha untuk membangun, bersatu, rekonsiliasi dan menghadapi musuh bersama, juga mengarahkan kompas islah/perbaikan untuk memajukan dan membangkitkan umat Islam,” ujar Salim Segaf.
“Itu semua kita harus lakukan bersama-sama dengan penuh tanggung jawab untuk menegakkan agama, memajukan kehidupan umat dan melindungi situs-situs suci Islam yang kita cintai,” tambahnya.
Setelah itu ada beberapa sambutan beberapa ulama. Di antaranya dari Syaikh Dr. Haji Ibrahim Nova (Ketua Majelis Tinggi Urusan Islam Ethiopia), Syaikh Dr. Ishom Al-Basyir (Wakil Ketua IUMS), dan Syaikh Ahmad Al-Kholili (Mufti Kesultanan Oman).
Mantan Presiden Asosiasi Cendekiawan Aljazair dan anggota IUMS Abdel Razzaq Qassoum, menegaskan bahwa situasi saat ini di Jalur Gaza mengharuskan semua orang bersatu dan bekerja mendukung rakyat Palestina dalam penderitaan mereka.
Issam Al-Bashir, Wakil Presiden IUMS mengatakan saat ini umat Islam sedang melalui titik balik nasib Palestina yang mengharuskan semua bergandengan tangan menekankan bahwa “kemajuan hanya dapat dicapai melalui iman, kerja, dan memberikan bantuan serta dukungan kepada rakyat Palestina dalam perlawanan mereka terhadap pendudukan brutal.”
Sementara Sekretaris Jenderal IUMS Prof. Dr. Ali Muhyiddin Al Qordaghi menyampaikan beberapa poin penting tentang perjalanan panjang IUMS dari 2004 sampai sekarang adalah perjuangan untuk kepentingan umat Islam.
Ia mengusulkan transformasi nilai dari ketokohan, dari tokoh sentris ke pendelegasian kewenangan. Dari figur ketokohan sang pendiri (Syaikh Yusuf al-Qaradhawi) menjadi penguatan lembaga atau min al-muassis ila al-muassasiyah (capacity building).
Menurutnya, Syeikh Al-Qardhawi rahimahullah telah meletakkan fondasi organisasi yang kuat, maka IUMS perlu menguatkan kelembagaan ini dengan berbagi peran kepada semua anggotanya.
Selain itu IUMS juga telah menerbitkan sejumlah fatwa yang sangat penting dalam rangka merespon problematika ummat Islam di dunia terutama isu Afghanistan dan Operasi Taufan Al-Aqsha Gaza pada penghujung 2023.
“IUMS perlu meletakkan perencanaan strategis untuk perjalanan ke depan, dalam rangka merespon dan menghadapi isu-isu terkini global di antaranya: fikih ekosistem dan ekologi (fiqh al-bi’ah wal munakh), standarisasi hidup layak untuk semua manusia, isu keadilan global bagi umat Islam,” ujarnya.
IUMS sebagai persatuan ulama muslim internasional dan lembaga ilmiah independen yang sah memiliki tujuan, diantaranya: bekerja untuk menyampaikan pesan Islam, membimbing umat Islam untuk memahami dengan benar ketentuan agama mereka, melestarikan identitas bangsa Muslim, dan menyebarkan filsafat moderasi (wasathiyah) jauh dari ekstrimisme yang dapat mengorbankan prinsip-prinsip kebangsaan.

Persatuan Ulama Muslim Internasional (IUMS) dibentuk pada tahun 2004 oleh para ulama syariah dan cendekiawan muslim dari berbagai negara. Dalam waktu relatif singkat, organisasi ini berkembang menjadi salah satu organisasi terbesar di negara-negara Islam dan Arab, dengan menaungi lebih dari 90 ribu cendekiawan muslim dari berbagai aliran Sunni (termasuk Asy’ari, Maturidi dan Atsari), juga Syiah dan Ibadiyah yang menyetujui dan tunduk kepada AD/ART IUMS.
Keanggotaan dalam IUMS bersifat terbuka bagi para ulama dan cendekiawan muslim yang mengenyam pendidikan di kampus-kampus syariah dan memiliki gelar akademik dalam studi Islam.
Dalam pertemuan ini sebanyak 12 perwakilan Indonesia ikut hadir. Mereka adalah Dr. Elly Warti Maliki, Dr. Ahmad Kusyairi Suhail, Dr. Khoiron M Arif, Dr. Fahmi Islam Jiwanto, Dr. Muhammad Ilyas Marwal, Dr. Saiful Bahri, KH. Muhammad Ikhwan Jalil, MA. dan KH. Fahmi Salim, Lc. MA.*