Hidayatullah.com – Sejumlah media Turki pada hari Minggu (21/04) melaporkan bahwa armada kapal yang membawa 5.000 ton bantuan kemanusiaan meliputi makanan, air, dan pasokan medis akan berangkat dari Turki dalam beberapa hari mendatang.
Freedom Flotilla Coalition (FFC), sebuah organisasi kemanusiaan internasional, mengumumkan rencana tersebut dalam sebuah konferensi pers pada hari Jumat untuk memberangkatkan tiga kapal dari pelabuhan Tuzla di Laut Marmara.
Sebagai perbandingan, melansir laman resmi Kementerian Pertahanan, Indonesia pada 9 April lalu berhasil mengirim langsung bantuan ke Gaza melalui udara berupa paket bantuan sebanyak 20 paket, masing-masing 160 kg dengan total hanya 3,5 ton.
Baca juga: Hari Ini Kapal RS TNI Menuju Mesir dalam Misi Bantuan untuk Palestina
Selain mengangkut bantuan, armada kapal itu juga membawa lebih dari 1.000 profesional, termasuk dokter, pengacara, dan akademisi, yang bertujuan untuk memberikan bantuan langsung ke Jalur Gaza yang terkepung.
Meskipun belum ada kepastian tanggal keberangkatan, pihak penyelenggara masih menunggu izin dari pihak berwenang Turki, setelah sebelumnya memberitahu organisasi-organisasi internasional tentang misi mereka.
Armada ini terdiri dari warga sipil tak bersenjata, yang semuanya bersatu dalam misi damai untuk menantang blokade. Para aktivis dari 12 kelompok hak asasi manusia nasional, didampingi oleh para jurnalis, akan berpartisipasi dalam misi ini, sebagai bagian dari upaya global untuk meringankan penderitaan Gaza.
“Armada Kebebasan Gaza terdiri dari warga sipil tak bersenjata yang berada di sini dalam misi damai untuk menentang blokade Israel atas Gaza dan memberikan bantuan kemanusiaan seperti yang diminta oleh Mahkamah Internasional,” jelas Ann Wright, seorang pensiunan kolonel militer Amerika Serikat (AS) yang juga seorang mantan diplomat.
Wright mengatakan kepada Anadolu Agency bahwa tujuan armada tersebut pada dasarnya adalah untuk perdamaian, dan mendesak agar “Israel” menahan diri untuk menghindari meningkatnya ketegangan.
Fauziah Mohd Hasan dari Gerakan Freedom Flotilla Malaysia menyebutkan bahwa persiapan yang ekstensif melibatkan tokoh-tokoh terkemuka di seluruh dunia.
Dylan Saba, seorang penulis dan pengacara AS yang ikut serta dalam armada ini, menekankan kewajiban warga dunia untuk bertindak ketika pemerintah telah goyah, dengan mengutip ketaatan pada hukum internasional sebagai prinsip utama.
Inisiatif ini mengingatkan kembali pada misi tahun 2010 yang menarik perhatian internasional, yang dirusak oleh serangan Israel terhadap kapal Mavi Marmara, yang mengakibatkan 10 orang tewas dan hubungan yang tegang antara Turki dan “Israel”.
Sejak dimulainya genosida, lebih dari 34.000 warga sipil telah terbunuh di Jalur Gaza. Angka-angka ini diperkirakan akan meningkat secara dramatis, terutama mengingat blokade Israel yang sedang berlangsung di Jalur Gaza.*