Hidayatullah.com– Thomas Schäfer, CEO dari perusahaan otomotif Volkswagen Passenger Cars, mengatakan kepada koran Jerman Welt am Sonntag bahwa pihaknya tetap akan melaksanakan rencana penutupan pabrik yang berimbas pada pengurangan ribuan karyawan, meskipun mendapatkan kecaman dari serikat-serikat buruh.
“Kami perlu mengurangi kapasitas dan menyesuaikan diri dengan realitas baru,” kata Schäfer, seperti dilansir DW Ahad (24/11/2024).
Pada bulan Oktober, perusahaan itu mengatakan akan menutup tiga pabrik, yang berarti ribuan pekerja harus di-PHK.
Ketika ditanya oleh Welt am Sonntag apakah perusahaan dapat membatalkan salah satu dari penutupan itu, Schäfer menjawab, “Saat ini kami tidak melihat hal itu.”
Pejabat eksekutif Volkswagen itu juga menegaskan kembali rencana untuk memberhentikan sebagian pekerja, dengan mengatakan perampingan “tidak cukup” jika hanya mengandalkan skema pensiun dini dan tawaran pesangon.
“Proses itu akan memakan waktu terlalu lama,” kata Schäfer. Dia meyakini rencana pengurangan karyawan akan memakan waktu tiga hingga empat tahun.
“Tidak ada gunanya menunda restrukturisasi sampai tahun 2035. Saat itu kita akan tertinggal jauh di belakang dalam persaingan,” kata Schäfer.
Pimpinan eksekutif Volkswagen itu menjelaskan bahwa perusahaan saat ini menghadapi beban besar dalam biaya tenaga kerja dibandingkan para pesaingnya. Dia juga mengaku setuju bahwa manajemen harus melakukan pemotongan gaji, salah satu isu yang diangkat serikat pekerja IG Metall selama negosiasi.
Perwakilan buruh Volkswagen memberikan dukungan terhadap aksi mogok terbatas di sejumlah pabrik di Jerman sejak awal Desember 2023.
IG Metall mengatakan aksi tersebut akan membuat Volkswagen “berada di bawah tekanan besar.”
Thorsten Gröger, negosiator dari pihak IG Metall, mengatakan penutupan pabrik dan PHK besar-besaran yang direncanakan pihak manajemen akan menjadi sengketa besar yang sudah lama tidak tampak di negara itu.*