Hidayatullah.com—Menjelang usianya yang ke-498, Jakarta dihadapkan pada peluang dan tantangan besar untuk naik kelas menjadi kota global.
Transformasi ini menuntut keberanian mengambil kebijakan strategis, reformasi struktural, dan kolaborasi lintas sektor serta generasi.
“Dengan segala potensi dan tantangannya, Jakarta punya peluang besar untuk naik kelas menjadi kota global dalam satu dekade ke depan. Namun, untuk mewujudkan hal itu, dibutuhkan konsistensi kebijakan, keberanian dalam mengambil keputusan strategis, serta komitmen jangka panjang lintas generasi,” ujar Anggota DPD RI Dapil DKI Jakarta, Fahira Idris, di Jakarta, Ahad (22/6/2025).
Ia menekankan bahwa Jakarta bukan sekadar pusat ekonomi nasional, melainkan rumah bersama yang harus dibangun secara berkeadilan, berkelanjutan, dan berbudaya.
Ekonomi dan Infrastruktur Menuju Daya Saing Global
Fahira menjelaskan bahwa Jakarta harus membenahi infrastruktur agar tidak hanya modern tetapi juga inklusif dan berwawasan lingkungan.
Investasi besar dalam transportasi publik berbasis transit (TOD), sistem pengolahan air bersih, drainase cerdas, dan energi ramah lingkungan menjadi prioritas.
“Modernisasi infrastruktur tidak hanya harus mengatasi kemacetan dan banjir, tetapi juga mendorong efisiensi mobilitas, penurunan emisi, dan kenyamanan warga,” tegasnya.
Selain itu, pengembangan sektor ekonomi juga menjadi kunci. Jakarta, yang kini didominasi oleh sektor jasa dan perdagangan, perlu mendorong pertumbuhan sektor manufaktur berteknologi tinggi, ekonomi digital, serta industri kreatif. Potensi untuk menjadi pusat ekonomi syariah dunia juga dinilai sangat besar.
Fahira menyoroti bahwa tantangan lain Jakarta adalah ketimpangan sosial dan kualitas hidup warganya. Rasio gini yang tinggi menandakan kesenjangan kesejahteraan yang nyata.
Menurutnya, kota global sejati harus menjamin keadilan sosial—termasuk akses merata terhadap hunian layak, pendidikan, kesehatan, dan lapangan kerja.
Jakarta juga perlu memanfaatkan kekayaan sejarah dan keberagaman etnisnya untuk memperkuat identitas sebagai kota budaya. Pengembangan ruang seni, museum, warisan budaya Betawi, dan festival internasional bisa menjadi daya tarik sekaligus pengungkit sektor pariwisata dan ekonomi kreatif.
“Kota global bukan hanya pusat bisnis, tetapi juga pusat budaya yang mampu menjadi magnet wisatawan dan pelaku industri kreatif,” ujar Fahira.
Menutup pernyataannya, ia menyampaikan harapan besar untuk ibu kota yang segera menapaki abad kelima.
“Selamat ulang tahun ke-498, kota Jakarta tercinta. Mari bersama menjemput abad kelima dengan semangat transformasi menuju Jakarta kota global yang berakar pada budaya lokal. Kota yang kreativitasnya mendunia, tetapi tradisinya tetap dijaga,” pungkasnya.*