Hidayatullah.com—Selama ini, kelompok-kelompok pembela kaum lesbian, gay,biseksual dan transgender (LGBT) dinilai memaksakan pendapatnya bahwa perilakunya adalah bawaan genetis. Padahal hal ini sudah dibantah berbagai kalangan.
.
“Sebenarnya banyak sekali yang membantah penelitian-penelitian yang menyimpulkan bahwa homoseksualitas itu bersifat genetis. Bantahan-bantahan itupun sangat ilmiah dan diakui di dunia sains. Hanya saja, sorotan media massa memang sangat timpang. Inilah hasil kerja gay politics yang sejauh ini cukup berhasil mempertahankan citra LGBT dengan berbagai cara, ” demikian disampaikan Dr Dinar Dewi Kurnia, Wasekjen Aliansi Cinta Keluarga (AILA) Indonesia saat berdiskusi dengan gerakan IndonesiaTanpaJIL (ITJ) belum lama ini.
Karena itu, untuk menghadapi argumen menyesatkan bahwa perilaku menyimpang ini menjadi alat pembenaran di masyarakat, umat Muslim memerlukan kecakapan dan ilmu. Termasuk diperlukan lahirnya penulis-penulis kompeten yang menguasai permasalahan tersebut.
Sementara itu, Akmal Sjafril, Ketua Divisi Litbang ITJ berharap lahirnya Sekolah Pemikiran Islam (SPI) yang digagas oleh ITJ bisa memberikan solusi terhadap problem tersebut.
“Pendidikan di sekolah-sekolah tidak membiasakan kita untuk menulis. Akibatnya, Indonesia mengalami krisis literasi,” ujar Akmal.
“Kultur semacam itulah yang ingin kita ubah di SPI ITJ. Seluruh peserta, selain wajib mengikuti perkuliahan, juga akan mendapatkan tugas menulis yang banyak. Setelah menyelesaikan rangkaian perkuliahan, diharapkan kita kan mendapatkan sejumlah mujahid dakwah yang bukan hanya mempunyai ilmu yang cukup, namun juga siap melawan propaganda dengan media lisan maupun tulisan,” tambahnya.
SPI, yang akan digelar selama September hingga November 2014 ini, terdiri atas 12 kali perkuliahan dan 4 kali Studium Generale. Selama mengikuti SPI, peserta juga akan mendapatkan tugas membuat karya-karya tulis setiap pekan, baik karya tulis ilmiah maupun jurnalistik.*/Ajeng Wismiranti (Jakarta)