Hidayatullah.com–Ketua Pembina Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (DDII) Prof Ahmad Muflih Saefuddin mengatakan perlunya persatuan Ahlus Sunnah dari bahaya aliran Syiah.
‘’Syiah harus ditanggulangi, karena ia pengacau persatuan, mengajarkan kebencian kepada sebagian Sahabat Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wassallam. Tanpa persatuan, gerakan dakwah tidak akan efektif,’’ demikian ditandaskannya dalam sambutannya pada pembukaan Rapat Kerja Nasional (Rakernas) Dewan Dakwah di Aula Masjid Al Furqan Jl Kramat Raya 45 Jakarta Pusat, Jumat (27/02/2015) sore.
Hadir dalam pembukaan Rakernas, segenap pembina, pengawas, dan pengurus harian Dewan Dakwah beserta para pimpinan Dewan Dakwah Perwakilan dari 32 provinsi.
Menurutnya,selain kekuatan persatuan (al-quwwah al-ittihadiyah), AM Saefuddin juga mengatakan, gerakan dakwah juga harus memiliki kekuatan aqidah (al-quwwah al-‘aqidah).
“Akidah yang benar adalah harga mati yang harus dijaga kemurniannya, termasuk dari ancaman virus Syiah,’’ ucap pria yang akrab dipanggil Pak AM tersebut.
Kekuatan ilmu atau al-quwwah al-‘ilmi menjadi modal berikutnya bagi harakah dakwah seperti Dewan Dakwah. Dengan ilmu, katanya, Islam menjadi hidup dan iman jadi segar.
Ilmu yang wajib dikuasai umat adalah ilmu tanziliyah dan kauniyah.
‘’Dengan ilmu tanziliyah, kita jadi ‘alim ulama. Dengan ilmu kauniyah, kita jadi ulul albab atau intelektual,’’ tutur Pak AM sambil menambahkan bahwa Dewan Dakwah.
Pak AM menjelaskan, ilmu dipunyai melalui proses belajar, bukan sekadar sekolah formal.
‘’Buya Hamka, Haji Masagung, adalah contoh tokoh Islam yang ilmunya tanpa sekolahan,’’ Am Saefuddin mencontohkan.
Kekuatan berikutnya adalah akhlak (al-quwwah al-khuluq).
‘’Tanpa akhlak, banyak orang pandai jadi pesakitan korupsi. Lihat di penjara, banyak orang bergelar akademis sampai profesor,’’ Pak AM membeberkan.
Termasuk akhlak da’i adalah lebih banyak turun ke umat grassroot ketimbang ke kalangan atas atau ‘’basah’’. Kata Pak AM, jika seorang juru dakwah sekali berdakwah ke atas, maka harus mengimbangi dengan 13 kali berdakwah ke kalangan bawah.
Itu sebabnya, lanjut Pak AM, Dewan Dakwah program utamanya adalah dakwah di pedalaman Nusantara.
Dakwah juga harus ditopang dengan kekuatan ekonomi (al-quwwah al-iqtishodiyah). Pak AM mengungkapkan, hingga saat ini Dewan Dakwah di seluruh Indonesia memiliki asset wakaf tidak bergerak (tanah, kebun, dan bangunan) yang nilainya sekitar Rp 1,7 Triliun. Namun, kekayaan ini belum dioptimalkan produktivitasnya.
‘’Kita butuh tenaga profesional untuk memproduktifkannya,’’ tegas mantan politisi PPP.
Kekuatan keenam adalah al-quwwah al-ijtimaiyah atau kekuatan kolektif. Misalnya Dewan Dakwah daerah yang organisasinya sehat dan keuangannya mampu, membantu Dewan Dakwah daerah lain yang masih kurang.
Rakernas Dewan Dakwah berlangsung secara sederhana pada 27 Februari hingga 1 Maret 2015. Kegiatan ini merupakan persiapan menyongsong Silaturahim Nasional (Silatnas) yang akan diselenggarakan pada September 2015 nanti.
AM Saefuddin mengatakan, Silatnas akan membentuk kepengurusan baru periode 2015-2019, menetapkan policy dasar lembaga, dan menyusun program kerja.*/Nur Bowo