Hidayatullah.com– Liburan sekolah telah usai. Sekolah-sekolah kembali ramai dengan riuh suara para siswa, baik yang lama atau pun baru. Di sekolah negeri dan swasta, umum atau pun agama, baik sistem boarding atau full day, terlihat aktivitas yang sebulan kemarin vakum.
Terkait awal masa sekolah ini, psikolog dari Bandung, Dhina Kadarsan, S.Psi, mengingatkan para orangtua untuk mempersiapkan sang buah hati dengan sebaik mungkin. Tujuannya agar bersekolah tidak sekadar menjadi rutinitas harian semata.
“Mempersiapkan sang anak bukan sekadar kebutuhan fisik atau peralatan sekolahnya saja, tapi yang lebih utama adalah mental dan motivasinya,” tegas Dhina Kadarsan di hadapan para pengelola Pesantren Tahfidz Al-Humairah, Sukabumi, Jawa Barat, Rabu (20/07/2016).
Apatah lagi, kata dia, bila tempat bersekolah sang anak adalah hasil arahan orang tua, bukan pilihan awal anak.
“Hal ini akan menjadi ‘bom waktu’ yang akan meledak saat sang anak merasa bosan atau mendapatkan kesulitan dalam masa sekolahnya,” kata dia.
“Maka kesediaan anak bersekolah di tempat pilihan orangtua tidak boleh melenakan kita, sehingga lupa mengondisikan motivasi mereka,” lanjut Dhina.
Secara khusus, ia menggarisbawahi sekolah yang membutuhkan konsentrasi khusus seperti pesantren penghafal al-Qur’an.
“Menghafal membutuhkan konsentrasi yang lebih dari sekolah biasa. Dan bisa saja anak kita akan terserang rasa bosan lebih cepat dan lebih kencang, sehingga dapat menggerus fokus menghafal anak,” ujarnya mewanti-wanti.
Orangtua harus memastikan motivasi sekolah anaknya. Motivasi ini, jelasnya, dapat ditelusuri lewat dialog antara anak dan orangtuanya atau melibatkan psikolog.
“Saya mengapresiasi Pesantren Al-Humairah yang melibatkan psikolog dalam menelusuri motivasi menghafal santri barunya. Hasil interview ini dapat membantu para pengelola mengenal lebih jauh sebab dan tujuan kedatangan santrinya, serta mengantisipasi bila rasa bosan itu datang,” paparnya.
Di akhir penyampaiannya, Dhina kembali memberikan penegasan kepada para orangtua.
Pesan dia, “Jangan pernah lelah dalam mengawal motivasi belajar sang anak. Tidak bijak menyerahkan teknis pendidikan anak sepenuhnya kepada para guru. Sebab proses belajar anak adalah tanggung jawab bersama.” Kiriman Naspi Arsyad, guru di Pesantren Al-Humairah Sukabumi