Hidayatullah.com–Ketua Ikatan Ulama’ dan Da’i Se-ASEAN ini mengingatkan pentingnya inkarul munkar. Kepedulian untuk mengubah kemungkaran akan menghindarkan bangsa dan negara dari musibah. Hal ini senada dengan firman Allah dalam Surat Al Anfal 25.
“Yang lebih penting lagi kepedulian kita untuk mengubah kemungkaran,” ujarnya dalam acara Tabligh Akbar Subuh Nasional Spirit 212 yang dihadiri ribuan umat jama’ah di Masjid Raya Bukit Tinggi, Sumatera Barat belum lama ini.
Wakil Ketua Gerakan Nasional Pengawal Fatwa MUI (GNPF MUI) yang juga Wakil Sekjen MUI, ini menyatakan bahwa suatu negara akan hancur apabila keadilan tidak ditegakkan.
Hal itu berdasarkan pada hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang berbicara tentang kaitan antara penegakan hukum dan kehancuran suatu bangsa. Hadits tersebut diriwayatkan dari Aisyah radhiyallahu ‘anha:
” إِنَّمَا أَهْلَكَ الَّذِينَ قَبْلَكُمْ أَنَّهُمْ كَانُوا إِذَا سَرَقَ فِيهِمْ الشَّرِيفُ تَرَكُوهُ وَإِذَا سَرَقَ فِيهِمْ الضَّعِيفُ أَقَامُوا عَلَيْهِ الْحَدَّ وَايْمُ اللَّهِ لَوْ أَنَّ فَاطِمَةَ بِنْتَ مُحَمَّدٍ سَرَقَتْ لَقَطَعْتُ يَدَهَا ”
“Sesunguhnya satu hal yang menyebabkan hancurnya kaum-kaum sebelum kalian adalah jika orang mulia di antara mereka mencuri, mereka biarkan. Namun jika yang mencuri adalah rakyat biasa, diberikan sanksi. Demi Allah, seandainya Fathimah putri Muhammad mencuri, sungguh akan kupotong tangannya.”
Zaitun mengajak kaum muslimin untuk bermuhasabah. “Kalau masih ada orang peduli terhadap kemungkaran, masih bisa terhindar dari musibah yang umum.” Musibah umum artinya musibah yang menimpa semua orang, baik yang zhalim maupun yang shalih.
Ia juga mengingatkan bahwa semangat inkarul munkar yang ada dalam Aksi Bela Islam 1,2, dan 3 sudah pernah ada dalam sejarah umat Islam.
Di zaman Nabi para sahabat pernah keluar berbondong-bondong saat Hamzah masuk Islam. Di zaman berikutnya juga kita lihat Aisyah dan Mu’awiyah keluar menuntut agar Khalifah Ali menegakkan hukum atas pembunuh Utsman, radhiyallahu ‘anhum ajma’in.
Menurutnya, inkarul munkar berbeda dengan jihad qital (perang). Inkarul munkar dilakukan dengan lisan karena kaum muslimin tidak memegang kekuasaan. Karena tidak cukup dengan sendirian, maka harus bersama-sama dengan aksi damai.
“Afdhalul jihad kalimatu hqqin ‘inda sulthanin ja’ir”. Jihad yang paling utama, katanya, yaitu menyampaikan kebenaran di hadapan penguasa yang tidak menegakkan keadilan alias dzalim. Inkarul munkar terhadap penguasa juga harus disertai dengan kesabaran.
Karenanya, ia mengingatkan bahwa Spirit 212 ini mengandung tiga hal yang perlu dipertahankan dan dikobarkan terus. Pertama semangat persatuan dan perjuangan. Kedua semangat satu komando dan ketiga semangat perjuangan damai.*/kiriman Murtadha ibw