Hidayatullah.com–Ghazwul fikri atau perang pemikiran menjadi tema diskusi pada kuliah kedua Sekolah Pemikiran Islam (SPI) Bandung untuk Angkatan ke-5 yang dilaksanakan pada kamis (21/02/2019) malam.
Bertempat di gedung PPPPTK IPA, kuliah kedua ini disampaikan langsung oleh Akmal Sjafril yang merupakan seorang penulis, peneliti dan pengajar dalam bidang Pemikiran Islam.
Dalam pembahasannya, Akmal menjelaskan lima poin utama pada kuliah kali ini. Kelimanya adalah makna ghazwul fikri, perbedaan karakteristik antara perang fisik dan ghazwul fikri, modus-modus ghazwul fikri, kasus-kasus nyata ghazwul fikri serta kunci untuk menghadapinya.
“Dalam ghazwul fikri ini, siapa yang bisa mengendalikan pikiran musuh maka dia yang menang,” tutur Akmal.
Propaganda melalui media massa, sistem pendidikan yang merusak pemikiran seseorang, dan doktrin melalui jalur sosial-budaya merupakan modus utama bagi musuh Islam dalam melancarkan serangan pemikiran. Serangan bertubi-tubi ini menyebabkan rusaknya pola pemikiran umat Muslim.
“Dalam ghazwul fikri, pilihan kita hanyalah menang. Karena tidak seperti dalam perang fisik yang jika kita kalah akan menjadi syuhada, dalam ghazwul fikri, jika kalah, maka kita akan menjadi budak atau boneka,” lanjut Akmal.
Kunci agar bisa menang dalam ghazwul fikri, menurut Akmal, adalah umat muslim harus lebih pintar dari musuhnya. Hal ini sangat berkesan bagi Yusril Khalil, salah seorang peserta kuliah. “Setelah ini saya harus lebih banyak membaca dan memperdalam ilmu agar bisa menang dalam ghazwul fikri,” ucap Yusril.*/kiriman Vonny Kurnia Utama