Hidayatullah.com– Perguruan Tinggi Islam, seperti IAI Darullughah Wadda’wah (Dalwa) Bangil ini memiliki masa depan yang bagus di masa mendatang. Karena sistem yang berjalan adalah berbasis pesantren.
Demikian dijelaskan oleh ustadz Kholili Hasib MUd dalam acara TASMA (Ta’aruf dan Studi Kampus) Mahasiswa Baru IAI Dalwa kampus Banat, pada Rabu (09/07/2019).
“Dalam pendidikan, baik sekolah atau jami’ah (perguruan tinggi) seperti Dalwa ini, yang basisnya pesantren itu berlaku kesepaduan antar berbagai unsur di pesantren dengan unsur-unsur di jami’ah,” tegasnya.
Menurut Kholili Hasib, pembelajaran di IAI Dalwa itu sesungguhnya tidak berlepas, dan tidak boleh lepas, dari pengajaran diniyyah pondok. Karena, menurut dosen IAI Dalwa ini, yang dituju adalah mengangkat dan melanjutkan ilmu diniyyah ke dalam level jamiah.
“Karena itu, dalam jami’ah kita itu berlaku semacam ‘super sistem’. Artinya, setidaknya menurut pengamatan saya ada tiga sistem dasar yang berjalan. Yaitu sistem bahasa Arab, sistem integrasi ilmu-ilmu, dan sistem keikhlasan ala pondok pesantren,” tambahnya.
Inilah, menurut Kholili yang juga kandidat doktor ini, yang membedakan dengan kampus-kampus lain di luar.
“Anda yang di prodi ES misalnya dituntut untuk mampu presentasi dalam bidang ekonomi dalam bahasa Arab. Lulusan SKI, diharapkan mampu menarasikan sejarah Islam di Nusantara dengan bahasa Arab kalian yang bagus. Kalian yang dari Managemen, nanti harusnya mampu menulis tentang manajemen keuangan atau pendidikan dengan bahasa Arab. Inilah sistem bahasa Arab yang sehari-hari Anda pelajari di pondok ini,” tambahnya.
Adapun sistem berikutnya yaitu sistem integrasi ilmu dan keikhlasan. Maksudnya, mahasiswa IAI Dalwa memperolah dua macam ilmu, yaitu ilmu syariah dan ilmu non-syariah. Kurikulum diniyyah itu ilmu diniyyah. Sedangkan wawasan umum ilmu modern dipelajari di jami’ah. Dua sistem tersebut diperkuat dengan sistem keikhlasan.
“Antum meskipun mahasiswa, tapi antum adalah santri. Harus tunduk secara suka rela terhadap pondok. Anda mahasiswa sekaligus santri dididik untuk menjadi sarjana yang mukhlis. Sarjana yang pejuang, mental kuat tapi berakhlak tinggi.”
“Maka, menurut saya, kampus seperti ini adalah kampus terbaik. IAI Dalwa adalah kampus terbagus se-Nusantara”, tegas Kholili yang kemudian disambut riuh oleh mahasiswi Banat.
Era ke depan adalah zaman digitalisasi pendidikan. Semua akan serba online. Apakah belajar adab, belajar akhlak itu bisa secara online? Inilah kelemahan sistem digital pada masa mendatang akan semakin marak. Dimana pada akhirnya orang pasti akan ke sistem pesantren bila ingin akhlaknya baik. Karena pesantren itu adalah tempat pengajaran adab yang baik.
“Di jami’ah Dalwa ini, kita tekankan metodologi dan cara menulis. Kelebihan sarjana adalah kemampuan metodologi, kedewasaan berpikir dan kemampuan menuangkan ide ke dalam tulisan,” ujarnya.
Karena itu, kata Kholili Hasib, jika diyakini ini sistem terbaik, maka mahaswa Dalwa harus berperilaku seperti santri terbaik, berakhlak terbaik, dan berprestasi terbaik. Jangan malas kuliah, karena itu bukan tipe mahasiswa kampus terbaik. Jangan copas kalau nulis skripsi karena cara begini akan menurunkan kualitas sebagai mahasiswa kampus terbaik.
Sontak, motivasi ini, lagi-lagi disambut riuh para peserta TASMA yang berjumlah sekitar 300-an orang.
Saran dari Kholili Hasib, sistem dan program di Dalwa khususnya Banat harus dirawat. Jika seseorang ikhlas, maka akan bersemangat untuk merawat, mengembangkan inovasi, dan meningkatkan kualitas. Jangan puas dengan yang ada sekarang.* (Bnn)