Hidayatullah.com– Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah (STIT) Hidayatullah Batam kembali menggelar Seminar Peradaban bersama Dr Nashirul Haq Lc MA, Ketua Umum Dewan Pengurus Pusat (DPP) Hidayatullah, Rabu, 27 Rabiul Akhir 1441 Hijriyah (25/12/2019).
Acara yang dilakukan di Aula Serbaguna Gedung Hidayatullah Asia Raya, Kampus Utama Hidayatullah Batam, Kepri, ini mengangkat tema “Peran Perguruan Tinggi Islam dalam Membangun Peradaban Dunia”.
Hadir dalam acara tersebut, Ketua STIT Hidayatullah Batam, Mohammad Ramli MPdI, sekaligus didaulat memberi sambutan awal. Hadir juga, jajaran dewan dosen Pendidikan Tinggi Hidayatullah (PTH) Batam, murabbi al-Qur’an, musyrifah halaqah, para pengasuh, dan ratusan mahasiswa PTH Batam, yang memadati ruang utama.
Selanjutnya, presentasi materi seminar oleh Ustadz Nashirul Haq yang memaparkan peran dan sejarah perguruan tinggi Islam dalam membangun peradaban dunia.
“Mengapa kita pakai istilah peradaban dunia, karena kontribusi universitas Islam bukan hanya kepada Umat Islam, tapi kepada seluruh umat manusia di muka bumi ini,” papar Nashirul Haq mengawali slidenya dalam bentuk power point.
Jadi, lanjut alumnus Universitas Islam Madinah ini, sebelum Eropa dan Barat mengembangkan ilmu pengetahuan, dunia Islam itu sudah sangat gemilang dalam hal sains dan teknologi. Di antara peran tersebut lahirnya sarjana dan ilmuwan Muslim, hasil didikan universitas Islam atau perguruan tinggi Islam kala itu.
Sarjana dan ilmuwan Muslim itulah kemudian yang mencipta dan mengembangkan sains dan teknologi yang sangat besar manfaatnya untuk kehidupan dunia.
“Mereka itulah kelak menjadi pelopor dan inspirator untuk melakukan pembaharuan dalam kehidupan manusia dari masa ke masa. Sedangkan institusi keilmuannya menjadi wadah berkembangnya seluruh bidang keilmuan yang disebut al-jami’ah karena sifatnya merangkum dan menyeluruh,” jelasnya.
Kata Nashirul Haq melanjutkan, bahwa perguruan tinggi pertama di dunia ini adalah perguruan tinggi Islam, di saat Eropa masih dalam masa kegelapan.
“Perguruan tinggi pertama di dunia ini adalah Universitas Al-Qarawiyyin, di Fez, Maroko, berdiri tahun 859 M. Kedua, Universitas al-Azhar, Kairo, Mesir, tahun 970 M,” sebut Doktor International Islamic University Malaysia (IIUM) ini.
Di institusi-institusi keilmuan tertua dunia inilah, lanjutnya, seluruh bidang ilmu dikaji. Ada bahasa, logika, kedokteran, fiqh, matematika, kimia, fisika, hadits, tafsir, dan lainnya. Dari sini pula, lahir sarjana dan ilmuwan Muslim. Sebut saja Ibn Khaldun, Allaj al-Fasi, al-Khattabi, al-Bahjah, dan Ibn Thufail.
“Kemudian generasi selanjutnya, ada al-Farabi, Ibn Sina, al-Ghazali, Ibn Rusyd, al-Khawarizmi, Ibn Haitsam, Ibn Asyur, Ibn Hazm, dan lain sebagainya,” paparnya.
“Saat itu Eropa belum ada. Masih dalam masa kegelapan. The dark age. Eropa baru mempunyai perguruan tinggi 300 tahun atau tiga abad lebih setelah perguruan tinggi Islam ada,” paparnya membandingkan antara Islam dan Eropa.
Ketika Eropa baru merintis perguruan tinggi, sebutnya lagi, tradisi keilmuan di negeri-negeri umat Islam sudah sangat berkembang dan melesat jauh serta munculnya universitas-universitas Islam yang baru. Ada Universitas Lankore di Mali, Afrika, Universitas Az-Zaituna, di Tunisia, dan Universitas Cordova di Andalusia, Spanyol.
“Kemudian lahir dan terciptalah, sarjana Muslim dan temuan-temuannya yang gemilang, yang mengubah dunia. Karya-karyanya menghasilkan sains dan teknologi yang mengubah dunia,” kata Nashirul Haq sambil menyebut satu persatu temuan sains para ilmuwan Muslim tersebut.
Dari mereka, lanjutnya, muncul ilmu kedokteran, ditemukan lensa optik dan kamera, pesawat terbang, teleskop bintang, ilmu bedah, kimia, fisika, dan bahkan angka nol, yang temukan adalah ilmuwan Muslim.
“Semua itu bersumber dari tradisi keilmuan Islam yang kemudian mengubah peradaban dunia,” pungkas menantu Pendiri Hidayatullah, Ustadz Abdullah Said ini.
Terakhir, anggota Dewan Pertimbangan (Wantim) Majelis Ulama Indonesia ini, memberi pesan dan harapan kepada Pendidikan Tinggi Hidayatullah (PTH) agar menjadi pusat kaderisasi Hidayatullah yang melahirkan sarjana Muslim berkualitas secara intelektual dan spiritual.
“PTH juga menjadi pelopor dalam membangun tradisi keilmuan dan pengembangan studi Islam di Hidayatullah,” kata pria murah senyum ini berpesan.* (Azhari)