Hidayatullah.com–Tidak ada santapan makanan, mabuk-mabukan atau merokok di depan publik adalah kebijakan baru yang tengah disiapkan para pasukan militer AS yang berada di Iraq guna menghormati ramadhan.
Mulai Senin, selama ramadan, pihak pemerintah AS mengharapkan pasukannya untuk berpantang makan, minum, melakuka aktivitas seksual, dan merokok selama hari terang benderang alias siang. Ini merupakan kebijakan baru guna menghormati bulan ramadhan yang dianut mayoritas penduduk Iraq.
Pasukan koalisi di bawah pimpinan AS jelas terkait dengan perasaan yang akan meletuskan tindakan kekerasan melawan pasukannya oleh kelompok religius Iraq karena anggapan negeri mereka tengah diduduki militer non-muslim selama ramadhan yang suci.
“Kita sudah meyakinkan semua kekuatan untuk sadar akan implikasi ramadan,” ujar Letjen Ricardo Sanchez, pemimpin pasukan AS dan koalisi.
“Kami sedang meyakinkan kekuatan kita dengan jelas memahami tradisi itu, dan apa yang menjadi sensitif untuk meyakinkan mereka bahwa kami hormat pada rakyat Iraq.”
” Kita tidak ingin tentara kita menghadapi tantangan tabu manapun atau kebiasaan sosial atau praktek religius karena ke luar dari ketidaktahuan,” ujar Letkol Chester C. Egert, chaplain (pembina ruhani) dari Devisi Pasukan Udara 101 di Mosul.
Orang Islam percaya Ramadan menjadi bulan ketika Tuhan mulai untuk menurunkan kita suci al-Quran kepada Nabi Muhammad 1.400 tahun yang lalu. Sepanjang bulan, orang Islam berbuka puasa mereka dengan suatu makanan di sore hari, yang disebut “iftar,” pada matahari terbenam.
Selama ramadhan, pihak otoritas Iraq juga telah membuka kembali jembatan utama di Baghdad ke seberang sungai Tigris sejak hari Sabtu untuk menenangkan lalu lintas yang buntu – sebagai kampanye yang diarahkan untuk meningkatkan gambaran pasukan AS—guna menghindarkan kesalahpahaman.
Beberapa minggu lalu, dalam sebuah persilisihan pasukan AS dengan warga setempat terjadi akibat kebodohan pasukan AS mengenal keyakinan agama yang dianut warga setempat. Dalam sebuah kejadian, pasukan AS dianggap menyaki perasaan warga Iraq ketika seorang pasukan berusaha menggeledah menggunakan anjing guna mengendus-endus tas tangan dari muslimah Iraq.
Tindakan pasukan AS itu kemudian memicu amarah, berhubung tentara AS itu mengeluarkan dan melempar seluruh isi kantong yang ternyta salinan al-Qur’an. Selain itu, wanita yang bekerja sebagai karyawan perusahaan minyak ini juga marah karus tas nya yang berisi kitab suci itu harus diendus oleh anjing yang menurut Islam memrupakan binatang yang memiliki air liur yang dianggap najis dan haram oleh Islam.
Tak ayal, meski tidak menimbulkan korban luka, dalam beberapa menit, peristiwa itu telah memicu konflik antara masyarakat dan pasukan AS.
Bagaimanapun juga, masyarakat Iraq tetap memandang skeptis usaha pasukan AS meski pihak pasukan AS terus mencoba menghormati bulan ramadhan.
“Kami sedang mengerjakan sesuatu yang sangat susah untuk meyakinkan bahwa kita menghormati sesuatu sangat penting bagian dari agama mereka…. kami akan mencoba dan hal-hal perangai yang kita lakukan untuk meyakinkannya bahwa semua orang sedang melakukan,” ujar Kolonel William Harrison dari Devisi Udara 101.
Seorang programer komputer, Hussein Ali (45), mengatakan, ramadan akan menunjukkan apakah orang Amerika “sudahkah berniat baik atau berniat tidak baik.”
“Itu tergantung pada bagaimana mereka akan berhadapan dengan kami,” ujarnya.
Seorang Imam pada masjid Haibat Khatoun di Mosul tidak menuntut melakukan serangan pada orang Amerika tetapi mengatakan tidak boleh melupakan bahwa mereka akan menghabiskan dan melewati bulan ramadhan di bawah. dominasi militer AS.
Menghadapi Stres
Menurut pusat komando pasukan di AS, masalah moril pasukan, adalah masalah paling serius dan paling digaris bawahi di wilayah Iraq. Beberapa minggu ini, dikabarkan lebih dari 30 tentara AS telah meninggalkan Iraq dan tidak melaporkan kembali ke unit mereka. Sekitar 1.300 pasukan sejauh ini sudah dibawa pulang dan 34 lainnya digagalkan untuk kembali ke Iraq.
Suatu polling suara oleh surat kabar militer Stars and Stripes mencatat, 1.935 dari tentara AS di Iraq minggu lalu telah ditemukan bahwa 49 persen moril di unit mereka sangat rendah. Suatu kelompok pembelaan militer mengutip dua kasus yang dimuat di Washington Post di mana tentara AS yang bertugas di Iraq saat diwawancarai mengatakan mereka tidak ingin kembali lagi ke Iraq.
Angkatan perang AS juga menghadapi masalah serius perihal kondiri moralitas pasukannya yang terus menurun saat bertugas di Iraq yang dimungkinkan akibat depresi dan stres. (ap/cha)