Hidayatullah.com–Rapat umum tahunan PBB yang berlangsung dari tanggal 23-29 September sudah berakhir. Seperti biasa pertemuan itu dijadikan ajang “unjuk gigi” sebagian pemimpin dunia.
Di hari pertama pemimpin Libya Muammar Al-Gaddafi membuat ulah dengan berpidato panjang lebar, sehingga membuat beberapa peserta sidang terkantuk-kantuk. Ia mengkritik hak veto yang dimiliki segelintir negara Barat, dan beberapa hal lainnya yang kurang substansial.
Pidatonya selama lebih dari 90 menit harus dihentikan, setelah petugas keamanan menjemputnya agar turun dari podium.
Pemimpin lain yang terkenal vokal di podium PBB adalah Hugo Chavez. Dalam kesempatan pidatonya di hari kedua, ia mengatakan tidak lagi mendeteksi bau “belerang” dari negara setan Amerika Serikat. Sekarang yang tercium adalah “harapan”.
Pemimpin Venezuela yang dikenal berani mengkritik Amerika dalam pidato-pidatonya itu, pernah menyebut Bush dengan “setan” pada saat pertemuan tahunan PBB tahun 2006. Ia yang ketika itu naik podium setelah presiden AS berpidato, mengatakan bahwa Bush meninggalkan bau “belerang” di podium PBB.
Pidato tahun ini Chavez merangkul Presiden Barrack Obama. Ia bahkan menganjurkan Obama agar meniru kepemimpinan sosialisme ala Venezuela.
“Kemarin ia (Obama) berpidato di sini, dan tidak lagi berbau belerang. Tercium bau yang lebih baik, yaitu harapan,” kata Chavez.
“Obama, mari bergabung dengan sosialis,” ajak Chavez di hadapan peserta rapat umum PBB. “Kami mengundang Anda bergabung dengan poros kejahatan.”
Chavez mendesak Obama untuk mengakhiri embargo terhadap negara komunis Kuba dan menarik diri dari membangun pangkalan militer di Kolumbia.
Di negaranya pemimpin karismatik Venezuela itu terkenal dengan pidato maraton yang berlangsung lebih dari satu jam. Ia berhasil mengundang tawa para delegasi perwakilan di PBB ketika berjanji tidak akan berpidato lama seperti yang dilakukan pemimpin Libya, Gaddafi.
Isi pidato Chavez tidak melulu memuji Obama. Ia menuduh Pentagon terlibat dalam kudeta di Honduras yang menggulingkan presiden Jose Manuel Zelaya.
Ia bertanya, apakah Obama juga ikut ambil bagian di dalamnya. “Siapa kamu, Obama?” tanya Chavez dengan nada mengejek.
Dalam masalah proliferasi nuklir, Chavez memberikan saran yang rapi, jika tidak bisa dikatakan sebagai solusi. Ia menyuruh Amerika Serikat untuk, “hancurkan senjatamu sendiri!”
Menyinggung masalah Kolumbia yang merupakan sekutu dekat AS, Chavez menuduh Washington “mengancam perdamaian” dengan rencananya membangun tujuh pangkalan militer di negara itu.
Dalam pidatonya yang singkat –bisa dibilang cepat untuk ukuran Chavez, ia masih sempat menyisipkan pesan mengenai pengaruh sosialis, mulai dari Noam Chomsky hingga Fidel Castro dan Presiden Brasil Luiz Inacio Lula da Silva, dan tak lupa Karl Marx yang dipujinya sebagai “Einstein Politik.”
Seraya mengundang Obama untuk menjadi seorang sosialis, Chavez mengatakan bahwa Amerika Latin telah memimpin selama lebih dari satu dekade terakhir ini menuju revolusi yang disebutnya melampaui ideologi.
“Revolusi ini merupakan awal dari penyelamatan dunia yang terancam oleh kapitalisme,” katanya, seraya menyebut kapitalisme sebagai “jalan menuju kepunahan spesies manusia.” [di/meo/hidayatullah.com]