Hidayatullah.com–Iran dan Pakistan mengejar kepentingan di Afghanistan, juga lewat pengaruh terhadap sejumlah media di negara itu. Untuk pertama kalinya pemerintah Karzai melontarkan kritik tajam.
Di Afghanistan saat ini terdapat sekitar 170 stasiun radio dan 60 stasiun televisi, serta ratusan media cetak yang beredar di pasaran. Tendensi pertumbuhan media meningkat. Tetapi hampir tak ada stasiun pemancar dan harian swasta yang mandiri dalam hal keuangan. Sebagian besar dana yang dibutuhkan berasal dari luar negeri.
Juru bicara dinas rahasia Afghanistan, Lutfullah Mashal, berbicara konkrit -sesuatu yang tak lazim- dalam konferensi pers di Kabul beberapa hari lalu.
“Sejak sekitar satu bulan lalu, stasiun televisi Tamadon menyiarkan laporan yang tampaknya mengandung kebenaran tentang kejahatan tentara NATO dan Amerika di Kandahar. Tetapi faktanya, laporan ini dipasok oleh kelompok Iran untuk tujuan propaganda,“kutip dw.de.
Harian Ensaf, terbit di Kabul, dituduh menjadi corong Iran. Selain Tamadon, Mashal juga menyebut stasiun televisi Noor, Shamshad, Kabul News dan Mshaal TV. Selain itu, harian Ensaf dikritik sebagai corong salah satu negara tetangga. Para pembaca koran di Afghanistan paham bahwa negara yang dimaksud adalah Iran. “Ensaf“ selalu memuat puja-puji bagi pemimpin Syiah Iran.
Namun media-media yang dituding membantah semua tuduhan. Stasiun televisi Tamadon, yang dituduh melakukan propaganda pro-Iran, menyerang pengkritiknya dengan tajam.
“Sama seperti Muslim Afghanistan, Tamadon TV membedakan antara kecenderungan asing dan kepentingan sejati Afghanistan. Hanya mereka yang seperti kera, tidak mengunakan akal budi maupun logika dan hanya memikirkan kepentingan jangka pendek, yang membiarkan siaran mereka ditentukan oleh pihak asing.”
Kabul menggerutu
Komentar tajam serupa juga dilontarkan para penanggungjawab stasiun televisi lain yang dikritik dinas rahasia. Reaksi ini tidak mengejutkan warga Afghanistan. Justru yang mengejutkan banyak orang adalah kritik terbuka dari pemerintah. Karena di belakang sejumlah media, berdiri orang-orang pemerintahan yang berpengaruh kuat dan dekat dengan Presiden Hamid Karzai.
Para pakar media di Kabul berspekulasi bahwa mungkin dengan cara ini Karzai ingin membuka kedok sejumlah pegawainya yang berwajah dua. Seddiqullah Tauhidi dari organisasi “Press Watch“ di Kabul mendesak agar pemerintah Afghanistan mengambil tindakan segera.
“Jika situasi tidak cepat ditangani, maka para pemancar ini bisa disalahgunakan untuk menghasut warga Afghanistan satu sama lain, hingga terjadi perang saudara.“*