Hidayatullah.com—Sebuah laporan terbaru Perserikatan Bangsa-Bangsa menyebutkan bahwa senjata kimia tidak hanya digunakan dalam serangan tanggal 21 Agustus di dekat Damaskus, ibukota Suriah. Senjata berupa gas mematikan juga dipakai setidaknya di empat lokasi berbeda di Suriah antara bulan Maret hingga Agustus.
“Misi PBB menyimpulkan bahwa senjata kimia telah dipakai dalam konflik yang sedang berlangsung antar kelompok-kelompok di Republik Arab Suriah,” kata kepala penyelidik PBB Ake Sellstrom dalam laporan itu, lansir Aljazeera.
Laporan yang dirilis hari Kamis (12/12/2013) itu menyebutkan, tujuh lokasi yang diduga di mana senjata kimia dipakai sudah diperiksa.
Di Ghouta, Khan Al-Assal, Jobar, Saraqib dan Ashrafiah Sahnaya terdapat bukti kuat kemungkinan senjata kimia dipergunakan.
Namun, untuk daerah Bahhariyah dan Syeikh Maqsoud PBB tidak dapat memastikannya.
Di Ghouta, pinggiran kota Damaskus, penyelidik PBB menyatakan ada bukti fisik yang kuat dan meyakinkan bahwa gas sarin benar-benar dipakai dalam skala besar untuk menarget warga sipil. Namun hal itu sudah diketahui publik dan menjadi fokus laporan sementara yang sudah dirilis sebelumnya.
Gas sarin juga diduga dipakai dalam jumlah yang lebih sedikit di Jobar, Saraqib serta Ashrafiah Sahnaya, simpul PBB.
PBB seperti sebelumnya, tidak menyebutkan siapa yang menggunakan gas sarin itu, pasukan rezim Bashar Al-Assad atau pasukan oposisi Suriah.
Sellstrom menyampaikan laporan terbaru itu hari Kamis ke Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-moon, yang mendesak agar senjata kimia dimusnahkan tidak hanya di Suriah tetapi di juga di mana saja.
Ban mengatakan akan menyampaikan perihal laporan itu kepada 193 negara anggota PBB di Majelis Umum pada hari Jumat dan kepada Dewan Keamanan PBB pada hari Senin besok.
Menyusul serangan senjata kimia tanggal 21 Agustus 2013 di Ghouta, Presiden Suriah Bahar Al-Assad bersedia menunjukkan gudang dan pabrik senjata kimianya, dengan imbalan tidak akan diserang secara militer oleh Amerika Serikat.*