Hidayatullah.com– Semenjak hari Kamis (23/01/2014) kemarin kegiatan belajar diakhiri lebih awal dari biasanya. Sekolah-sekolah, markaz-markaz bahasa, lembaga tahfidh (penghafal al-Quran) dan sejumlah tempat pengajaran meliburkan kegiatanya.
Para asatidz (guru-guru) mengungsikan keluarganya keluar Kairo atau ke desa mereka demi keamanan sejak hari Rabu.
Sejak Kamis sore, tank-tank dan panser-panser telah disiapkan aparat keamanan di sekitar Rab’ah.
Menurut berbagai media setempat, lebih dari 2.500 aparat keamanan diterjunkan di Kairo. Terminal yang ada dekat Rab’ah sudah ditutup sejak hari Kamis pagi.
Kedutaan telah memperingatkan agar warga menyiapkan logistik dan tidak keluar rumah, terutama hari Sabtu.
Hari Sabtu di Mesir adalah hari pertama dalam satu pekan seperti hari Senin di Indonesia.
“Saya juga akan pergi karena saya khawatir dengan yang akan terjadi hari Sabtu,” ujar Ahmad Abdurrahman, pengajar di Markaz Kalimah.
“Polisi mengincar orang-orang berhilyah (brewok, red) seperti saya.”
“Dua hari sebelumnya salah ustadz tahfidh kami ditangkap polisi gara-gara jalan bareng dengan orang yang dituduh sebagai anggota Ikhwan,” lanjut Ahmad Abdurahman.
Menurut Amrizal Baru Batubara, Presiden Persatuan Pelajar dan Mahasiswa Indonesia (PPMI) Mesir, tiga hari lalu, Syafiqni mahasiswa Azhar asal Indonesia ditangkap dan ditahan polisi gara-gara mengambil gambar temannya di depan pos polisi.
Ia sempat dituduh sebagai pendukung gerakan al Ikhwan al Muslimun. Tapi saat ini sudah dibebaskan setelah diurus oleh pengurus PPMI.
Hari Sabtu 25 Januari 2014 besok, diperkirakan hari penuh ketegangan di Mesir.
Hari Sabtu, merupakan peringatan “Revolusi 25 Januari” yang menyebabkan jatuhnya rezim Husni Mubarak lebih dari 32 tahun lamanya.
Pantauan hidayatullah.com dari Mesir, Bundaran Tahrir, pada hari Kamis (23/01/2014) masih terlihat sepi oleh aktivis.*/Haryono