Hidayatullah.com—Pengacara Mesir yang dikenal bersuara vokal dan dianggap kontroversial, Mortada Mansour, hari Ahad (6/4/2014) mengumumkan ikut mencalonkan diri sebagai presiden dalam pemilihan mendatang.
Dalam konferensi pers yang digelarnya, Mansour mengatakan bahwa dia mencalonkan diri untuk mengembalikan “ketertiban” di Mesir, lansir Ahram Online.
“Mesir sekarang ini sedang berada di dalam lorong gelap, kita perlu mengembalikan ketertiban dan hukum,” ujarnya.
Bicara mengenai rencana program kerjanya jika terpilih, Mansour berkata akan mengakhiri semua aksi mogok dan protes di negeri itu.
“Tidak ada kesempatan untuk protes-protes atau orang menutup pabrik sepanjang tahun. Orang-orang seperti itu patutnya dipenjara,” ujarnya.
Sebagaimana diketahui, selama tiga tahun terakhir pergelutan politik, perekonomian Mesir yang sudah buruk di akhir era Mubarak semakin terpuruk dengan banyaknya aksi mogok massal baik di kalangan buruh maupun pegawai negeri.
Pengacara itu juga akan meminta konstitusi diamandemen.
“Konstitusi itu mengubah presiden dan seorang diktator ke sosok yang lemah yang berbagi kekuasaan dengan perdana menteri. Presiden seharusnya punya kekuasaan penuh.”
Mansour juga mengatakan bahwa dia ingin agar perjanjian Camp David dengan Israel diamandemen.
“Israel seharusnya menghormati dirinya sendiri dan berhenti mengirimi kita narkoba dan mata-mata,” ujarnya, merujuk pada tuduhan belum lama ini yang mengatakan orang Mesir menjadi mata-mata bagi dinas intelijen Israel, Mossad, dan juga menyelundupkan narkoba di wilayah Mesir dan Israel.
“Tentara seharusnya ditugaskan secara penuh di Sinai tanpa ada pembatasan,” tegasnya.
Berdarkan perjanjian Camp David, Mesir hanya boleh menugaskan personel militernya di daerah-daerah tertentu di Sinai.
Dalam kesempatan itu, Mansour menyinggung soal Qatar. Dia bilang, Mesir yang seukuran singa tidak boleh diancam oleh negara seukuran semut seperti Qatar.
Mansour, yang putranya Amir menikah dengan kerabat dari mendiang pemimpin Libya Muammar Qadhafi, menyebut aksi rakyat Libya tahun 2011 itu bukanlah sebuah revolusi.
Dia menyalahkan keluarga Kerajaan Qatar atas ketegangan yang saat ini terjadi di Libya. “Orang Mesir, baik Muslim maupun kristen, dibantai, dan perdana menteri Libya diculik,” ujarnya.
Mansour merupakan satu dari beberapa tokoh dari era Husni Mubarak yang dituding menjadi otak Pertempuran Unta, di mana sekelompok pro-Mubarak dengan mengendarai hewan-hewan unta dan kuda menerobos Lapangan Tahrir pada 2 Februari 2011 dan menyerang para pengunjuk rasa sehingga 11 orang tewas, serta ratusan lainnya luka-luka.
Pada tahun 2012, dakwaan terhadap Mansour dan 24 tokoh era Mubarak sebagai penyulut aksi kekerasan itu dicabut.
Meskipun secara terang-terangan mengakui bahwa pemerintahan Husni Mubarak dipenuhi dengan korupsi, namun Mansour mengaku tetap memandang mantan komandan angkatan udara itu sebagai pahlawan Mesir dalam perang melawan Israel tahun 1973.
Bicara soal kebebasan beragama, Mansour mengatakan dia mendukung kebebasan orang untuk memilih agama yang dianutnya, tetapi terbatas pada tiga agama, yaitu Islam, Kristen dan Yudaisme.
“Saya tidak terima ada Baha’i atau atheis di Mesir,” katanya. “Kalau mau jadi atheis, maka lakukan itu di kamar mandimu,” tegasnya.
Hal yang sama berlaku dalam masalah seni. Mansour mengakui kebebasan berekspresi di bidang kesenian, tetapi dia akan memberlakukan sensor yang ketat terhadap filim dan pertunjukan seni lain guna mencegah terjadinya kejahatan dan pelecehan seksual dalam masyarakat.
Mansour pernah menggugat pembuat film Raafat El-Mihi karena dianggap melecehkan peradilan di Mesir lewat komedi hitamnya Al-Avokato (Sang Advokat) tahun 1984.
Terpilih memimpin klub sepakbola Zamalek untuk ketiga kalinya pada 28 Maret lalu, Mansour dikenal sebagai sosok kontroversial sejak tahun 1990an, baik dalam profesinya sebagai pengacara maupun dalam pernyataan-pernyataan publiknya.
Dalam program acaranya sendiri di stasiun televisi satelit Al-Fareen, Mansour mengecam banyak tokoh Revolusi 25 Januari. Saluran teleivisi itu sempat berhenti sejenak, tetapi kemudian mengudara lagi.*