Hidayatullah.com—Kejaksaan Swiss mengatakan sedang menyelidiki Sepp Blatter pimpinan FIFA, dalam dugaan salah kelola berunsur kriminal di tubuh badan eksekutif sepakbola sedunia itu.
Pihak kejaksaan mengatakan Blatter diduga menandatangani sebuah kontrak yang “tidak menguntungkan FIFA” dan melakukan “disloyal payment” (pembayaran yang merugikan FIFA) kepada ketua organisasi sepakbola Eropa (UEFA) Michel Platini.
Blatter diperiksa dan kantornya digeledah, lapor BBC (25/9/2015).
Blatter, 79, yang mengetuai FIFA sejak 1998, selalu mengatakan tidak melakukan kesalahan apapun.
Kejaksaan Swiss dalam pernyataannya mengatakan Blatter diduga menandatangani kontrak dengan mantan ketua organisasi sepakbola wilayah Amerika dan Karibia (Concacaf), Jack Warner, pada tahun 2005 yang merugikan FIFA berupa hak penyiaran pertandingan-pertandingan sepakbola yang diberikan kepada perusahaan milik Warner.
Selain itu, Blatter juga memberikan pembayaran “yang merugikan FIFA” sebesar 2 juta franc Swiss kepada Ketua UEFA Michel Platini.
Borok Platini?
FIFA beberapa bulan belakangan diliputi penyelidikan kasus kriminal, setelah pihak berwenang di Amerika Serikat memulai penyelidikan atas dugaan suap penentuan tuan rumah penyelenggara Piala Dunia.
Aroma busuk korupsi di tubuh FIFA sejak lama sudah tercium, namun belum ada pihak yang mengusutnya secara serius.
Menjelang kongres FIFA pada Mei lalu, tiba-tiba sejumlah mantan, pejabat dan pengurus FIFA ditangkap di Swiss. Penyelidikan kasus korupsi di tubuh organisasi yang bermandikan uang itu pun terus bergulir.
Pada 29 Mei dalam kongres Sepp Blatter kembali terpilih sebagai ketua FIFA, meskipun tuduhan korupsi atas dirinya semakin menguat.
Salah satu tokoh yang paling sengit dan gencar mengecam dan memprotes kepemimpinan Blatter yang beraroma korupsi adalah pimpinan UEFA dan mantan bintang sepakbola Prancis, Michel Platini.
Nama Platini tahun belakangan terus melambung dan diunggul-unggulkan sebagai calon kuat pengganti Blatter, karena dia dianggap berani bersuara lantang perihal korupsi di tubuh FIFA.
Setelah Blatter mengumumkan ingin segera meletakkan jabatannya di FIFA, tidak lama setelah terpilih kembali dalam kongres bulan Mei silam, nama Platini termasuk yang digadang-gadangkan sebagai pengganti Blatter, yang rencananya akan dipilih dalam kongres luar biasa pada Februari mendatang.
Namun, pencalonan Platini dikritik oleh rivalnya asal Korea Selatan.
Chung Mong-Joon, seorang mantan wakil presiden FIFA, akhir Juli lalu mengumumkan akan ikut mencalonkan diri dalam pemilihan ketua FIFA.
Ketika itu, Chung mengecam keras pencalonan Platini dengan menyebut bekas pesepakbola Prancis itu sebagai produk dari sistem FIFA yang sekarang.
“Platini baik untuk sepakbola, tetapi apakah dia bisa menjadi seorang presiden FIFA yang baik, menurut saya tidak. Dia adalah produk dari sistem FIFA saat ini,” kata Chung seperti dikutip Skysports (30/7/2015).
“Disloyal payment” yang diberikan Blatter kepada Platini itu diduga sebagai bayaran atas pekerjaan yang dilakukannya antara Januari1999 dan Juni 2002. Yang menimbulkan kecurigaan kemudian adalah mengapa pembayaran itu baru dieksekusi pada Februari 2011, sekitar sembilan tahun setelah “pekerjaan” itu dilakukan.
Menurut Kejaksaan Swiss, ketika Blatter diinterogasi, pada saat yang sama Platini didengar keterangannya sebagai orang yang dimintai informasi, lapor The Independent Jumat (25/9/2015).*