Hidayatullah.com—Sejumlah pria berpakaian tentara janisari, pasukan elit infanteri Kekhalifahan Utsmani, tampak mengejar-kejar Sinterklas. Setelah tertangkap Sinterklas dihadapkan kepada seorang qadi (hakim), dan akhirnya “Papa Noël” itu memilih untuk memeluk agama Islam.
Aksi itu merupakan bagian dari unjuk rasa teatrikal yang digelar sehari sebelum perayaan malam Tahun Baru, guna memprotes penyelenggaraan pesta pergantian tahun di wilayah barat Turki.
Dilansir Today’s Zaman hari Rabu (30/12/2015), demonstrasi teatrikal itu digelar oleh anggota-anggota Partai Persatuan Besar (BBP), sebuah gerakan nasionalis Islam di Provinsi Bolu. Mereka mengajak masyarakat, yang mayoritas Muslim, agar tidak terbawa arus ikut-ikutan merayakan pergantian tahun yang memiliki keterkaitan erat dengan tradisi Natal.
Demonstrasi teatrikal yang digelar BBP tahun ini sama seperti yang mereka lakukan tahun lalu. Hanya saja tahun ini ceritanya agak berbeda. Kali ini. setelah ditangkap Sinterklas dihadapkan kepada seorang qadi, bukan sultan, dan Bapak Natal tidak dilenyapkan dari kota.
Dalam pertunjukan tersebut dikisahkan, qadi bertanya kepada Sinterklas, mengapa dia lari? Papa Noël itu menjawab, karena hari itu adalah Hari Natal, mereka merayakan kelahiran Yesus dan berpesta menenggak minuman beralkohol.
Qadi, yang diperankan oleh mantan ketua BBP Mahmut Alan, kemudian memanggil dua orang pria, yang berperan sebagai orang awam, dari kerumuman. Kepada kedua warga masyarakat itu qadi bertanya, apakah mereka senang dengan perayaan-perayaan tersebut? Keduanya menjawab bahwa mereka (masyarakat) merasa senang. Qadi kemudian melepaskan Sinterklas, sebab dia tidak memaksa orang lain untuk ikut serta dalam perayaan itu.
Mendengar keputusan qadi, Sinterklas sangat terkejut, karena dia mendengar kabar orang-orang Turki itu bengis, kejam. Qadi menjawab bahwa tidak ada tempat untuk kekejaman atau tindak kekerasan dalam Islam.
Merasa tersentuh dengan penjelasan qadi, Sinterklas kemudian menyatakan masuk Islam dan mengucapkap dua kalimat syahadat.
Protes Anti-Santa di Istanbul
Sementara itu di hari yang sama, Rabu (30/12/2015), sekelompok pemuda Muslim menggelar aksi unjuk rasa anti-Santa di kota Istanbul.
Asosiasi Pemuda Anatolia (AGD) cabang Universitas Istanbul menggelar demonstrasi itu di Lapangan Beyazit. Sekitar 100 pemuda memegang tulisan berisi penentangan mereka terhadap pesta Tahun Baru yang merupakan tradisi Kristen. Kelompok itu membubarkan diri setelah membacakan sebuah pernyataan pers, lansir Hurriyet.
Sebelumnya, media di Turki mengabarkan bahwa otoritas pendidikan di sejumlah distrik di Turki telah mengeluarkan surat edaran berisi larangan menggelar perayaan tahun baru di sekolah-sekolah.
Setiap tahun warga kota Istanbul selalu menyelenggarakan pesta Malam Tahun Baru. Lapangan Taksim selalu menjadi pusat berkumpulnya warga dan juga wisatawan, yang ingin memeriahkan pergantian tahun.
Namun, tahun ini sebagian warga mulai bergeser ke daerah Nisantasi atau Besiktas, karena jumlah kasus pelecehan seksual di Lapangan Taksim bertambah. [Baca juga: Polisi Istanbul Kawal Tahun Baru dengan Seragam Sinterklas]*