Hidayatullah.com– Konsulat Jenderal Republik Indonesia (Konjen RI) Jeddah M. Hery Saripudin berpesan kepada 44 mahasiswa asal Indonesia di Saudi agar berbekal ilmu yang cukup sebelum berkiprah di tengah masyarakat.
Pesan tersebut disampaikannya kepada perwakilan dari tiga universitas di Arab Saudi pada acara Temu Mahasiswa Makkah-Jeddah dan Audiensi dengan Konjen RI Jeddah yang belangsung Jumat malam (9/12) di gedung pertemuan istiraha a’ilah yang terletak di perbatasan Kota Suci Mekkah.
“Ulama atau cendekiawan cirinya adalah berpikir kritis. Saya mengharapkan adik-adik (mahasiswa) berpikir kritis, mempertimbangkan benar atau tidak, salah atau tidak. Jangan berpikiran pada satu dogma, fanatik pada satu aliran saja,” pesan M. Hery Saripudin kepada para mahasiswa yang tergabung dalam Persatuan Pelajar dan Mahasiswa Indonesia (PPMI) yang berasal dari Universitas Umul Qura Makkah, Universitas Islam Madinah, dan Universitas King Abdulaziz Jeddah.
Konjen juga memberi semangat kepada mahasiswa agar terus berijtihad.
“Mahasiswa sebagai bagian dari kaum cendekiawan tidak boleh silo-minded berpikiran sempit. Harus banyak melakukan sharing of thoughts (bertukar pikiran). Ijtihad walaupun salah akan dapat pahala satu. Apalagi benar, maka berpahala-pahala kita dapat, daripada tidak berijtihad sama sekali,” demikian Konjen menyitir sebuah Hadits.
Ijtihad dalam agama Islam merupakan tindakan mencurahkan segenap tenaga dan pikiran secara bersungguh-sungguh untuk menetapkan suatu hukum.
Konjen Hery juga berpesan agar mahasiwa menaati hukum negara setempat, prinsip-prinsip dan nilai-nilai yang dianut masyarakat setempat.
“Dimana bumi dipijak, disitu langit dijunjung.”
Sementara itu, Dr. Fahmi Islam Jiwanto yang hadir sebagai narasumber pada kegiatan tersebut mendorong mahasiswa agar membuka komunikasi guna memperkuat persatuan antar sesama mahasiswa Indonesia di Arab Saudi.
“Carilah tempat-tempat berkumpulnya orang-orang shaleh seperti kampus dan masjid. Jangan sampai pergi jauh-jauh datang ke tempat yang mulia ini (Makkah dan Madinah), pulang (ke Tanah Air) membawa masalah,” ujar dosen Universitas Imam Muhammad bin Saud yang ditugaskan sebagai penerjemah di Masjidil Haram, Makkah.
Selain itu, dia juga mengingatkan mahasiswa agar tidak membawa masalah khilafiah (perbedaah pendapat dalam hukum Islam) ke khalayak umum, apalagi menyebarkannya di media sosial, kecuali ke tengah-tengah masyarakat yang berpendidikan.
Menurut mantan dosen Lipia Jakarta ini, agama Islam itu adalah suatu sistem atau sirkuit. “Satu ayat melengkapi ayat lainnya dan tidak berdiri sendiri atau terpisah dari ayat lainnya. Jangan sampai satu ayat dibawa ke mana, yang lain dibawa ke mana.”
Yuk bantu dakwah media BCA 1280720000 a.n. Yayasan Baitul Maal Hidayatullah (BMH). Kunjungi https://dakwah.media/
Pria lulusan S1 Madinah, S2 Yaman dan S3 Maroko ini mengajak mahasiswa agar menyadari bahwa Indonesia adalah negara kaya, baik sumber daya alam maupun sumber daya manusianya. Oleh karena itu negara lain akan merasa senang kalau bangsanya meributkan perbedaan karena mereka ingin merebut kekayaan negaranya.
“Janganlah masalah-masalah yang terjadi di negeri orang dibawa-bawa ke negara kita,” pungkasnya.
Selain Konjen RI, hadir pula dari KJRI Jeddah Pelaksana Fungsi Konsuler-II¸ Ahmad Sayfuddin, yang turut menjadi narasumber seputar konsultasi publik, Pelaksana Fungsi Pensosbud-I dan II, Muhammad Sukarno dan Syarif Shahabudin.*