Hidayatullah.com—Seorang dai yang dituding menjadi mentor sedikitnya dua pelaku serangan teror di Prancis akan diadili di Aljazair.
Djamel Beghal dijatuhi hukuman penjara 10 tahun pada 2005 setelah dikirim ke Prancis, menyusul penangkapannya di Uni Emirat Arab tidak lama setelah serangan 9/11 tahun 2001.
Prancis hari Senin (16/7/2018) mengusirnya ke Aljazair setelah membebaskannya dari penjara.
“Djamel Beghal, yang telah dijatuhi hukuman penjara 20 tahun di Aljazair karena menjadi anggota kelompok teroris, diserahkan ke otoritas Aljazair hari Senin,” lapor kantor berita Aljazir APS seperti dilansir France24.
Beghal akan diadili lagi di Aljazair, lapor APS mengutip sumber yang dekat dengan kasusnya.
Semasa tinggal di Prancis, Beghal diduga menjadi mentor sedikitnya dua pelaku serangan kantor tabloid Charlie Hebdo dan sebuah supermarket Yahudi pada Januari 2015. Dia dicurigai memimpin sebuah jaringan yang mengikuti arahan Osama bin Laden untuk melancarkan serangan atas kepentingan-kepentingan Amerika Serikat di Prancis.
Beghal, yang sekarang berusia 52 tahun dan sudah dilucuti status kewarganegaraannya oleh Prancis, dikeluarkan dari penjara Vezin-le-Coquet dekat kota Rennes hari Senin pagi.
Dia kemudian dibawa ke Bandara Charles de Gaulle dekat Paris dan dinaikkan ke pesawat tujuan Aljir, kata sebuah sumber yang dekat dengan kasusnya kepada AFP.
Beghal sudah ditempatkan di bawah pengawasan pihak intelijen Prancis sejak pertengahan 1990-an dengan kecurigaan radikalisme, menyusul kedatangannya ke Prancis dari negara asalnya Aljazair kala dia masih berusia 21 tahun.
Saat mendekam di dalam penjara pertama kali, Beghal bertemu dengan Cherif Kouachi, salah satu dari Kouachi bersaudara pelaku serangan bersenjata atas kantor Charlie Hebdo Januari 2015 yang menewaskan 12 orang.
Amedy Coulibaly, pelaku pembunuhan seorang polisi wanita dan empat orang yang sedang berbelanja di sebuah supermarket Yahudi di pinggiran Paris pada bulan yang sama, juga mendapat pengaruh dari Beghal di penjara Fleury-Merogis di selatan Paris, di mana dia juga bertemu dengan Kouachi.
Setelah keluar penjara, Kouachi dan Coulibaly mengunjungi Beghal ketika dia menjalani tahanan rumah.
Beghal kemudian ditangkap lagi pada tahun 2010, sebagai bagian dari rencana untuk membebaskannya beserta Smain Ait Ali Belkacem, seorang pria Aljazair pelaku serangan bom di Paris tahun 1995 yang menewaskan delapan orang.*