Hidayatullah.com—Pemerintah Jerman memperpanjang misi angkatan bersenjatanya di Afghanistan sampai 31 Maret 2019. Lantas peran apa yang dilakoni Bundeswehr di negara itu, berikut menurut laporan Deutsche Welle.
Dilansir DW Senin (26/3/2018), Bundeswehr berada di Afghanistan sebagai bagian dari misi NATO “Resolute Support”, yang dimulai 1 Januari 2015, setelah misi aliansi sebelumnya International Security Assistance Force (ISAF) berakhir pada 28 Desember 2014.
Ada 39 negara yang terlibat dalam misi itu, dengan jumlah personel melebihi 13.000. Bundeswehr sebelumnya mengirimkan 980 serdadu, tetapi pada bulan Maret ini pemerintah memutuskan untuk menambahnya menjadi 1.300.
Tujuan dari misi itu adalah melatih, memberikan saran dan mendampingi pasukan pemerintah Afghanistan dalam konflik berkepanjangan melawan kelompok-kelompok seperti Taliban, jaringan Haqqani dan divisi ISIS alias Daesh di Afghanistan. Asistensi tersebut dibagi ke dalam 8 area kunci, yaitu multiyear budgeting; transparansi, akuntabilitas dan pengawasan; pengawasan sipil atas institusi-institusi keamanan Afghanistan; pengerahan kekuatan (pasukan); kesinambungan pasukan; perancangan strategi dan kebijakan; intelijen; dan strategic communications. Bundeswehr terlibat dalam implementasi tujuan-tujuan itu utamanya di bagian utara Afghanistan.
Sampai akhir tahun pertama, misi tersebut telah menguras kocek Bundeswehr 315 juta euro atau sekitar 5,36 triliun rupiah.
Pemerintah Jerman memandang intervensi internasional di Afghanistan sejak 2001 sebagai sebuah kesuksesan. Hal itu dilihat dari jumlah anak yang masuk sekolah bertambah 8 kali lipat, posisi wanita yang lebih baik dalam masyarakat Afghanistan, serta adanya peningkatan secara umum di bidang pelayanan kesehatan dan infrastruktur.
Sampai akhir 2017, satu prajurit Jerman tewas di Afghanistan dalam misi ini.*