Hidayatullah.com–Dua drone buatan ‘‘Israel’’ ditemukan telah ditembak jatuh di atas wilayah udara Libya, memunculkan pertanyaan kemungkinan negara Zionis mempersenjatai faksi-faksi Libya di negara yang sedang bergelut dalam perang sipil itu.
Dua drone – Orbiter-3 drone taktis buatan perusahaan ‘‘Israel’’ Aeronautics – ditembak jatuh di Libya minggu lalu namun baru dilaporkan kemarin oleh Jerusalem Post.
Salah satu dari drone tersebut ditemukan di Al-Aziziya, sekitar 40 kilometer barat daya ibukota Tripoli, seentara lainnya ditemukan di Sidra, sebelah timur Sirte di wilayah pesisir pantai.
Harian ‘‘Israel’’ itu menjelaskan bahwa, “menurut laporan, kedua drone itu merupakan bagian dari 3 drone yang disumbangkan oleh Turki kepada Pemerintah Kesepakatan Nasional (GNA) yang diakui oleh Persatuan Bangsa-Bangsa, yang bertempur untuk mencegah Tripoli jatuh ke tangan pasukan Tentara Nasional Libya (LNA) pimpinan Jenderal Khalifa Haftar.
Pada Mei, pasukan yang bersekutu dengan GNA mengklaim telah menerima bantuan persenjataan dan kendaraan militer yang akan menjadi bagian dari upaya mereka untuk melindungi Tripoli dari serangan pasukan Haftar, yang telah terjadi sejak April.
Foto dan video yang diposting oleh pasukan GNA di laman Facebook mereka pada saat ini menunjukkan apa yang tampak seperti puluhan kendaraan lapis baja BMC Kirpi buatan Turki di ibukota. Kedutaan Turki di Libya belum mengomentari foto tersebut.
Laporan Jerusalem Post juga menyertakan sebuah ciutan dari Mohamed Mansour, seorang jurnalis lepas dengan Al-Mayadeen, di mana di dalam video tersebut terlihat moncong drone. Mansour menjelaskan: “Saya terkejut tidak ada yang pernah menyoroti kehadiran Orbiter-3 UAS buatan ‘‘Israel’’/Azerbaijan yang dipasok ke #GNA oleh #Turki dan dua dari itu ditembak jatuh oleh #LNA sejauh ini! Video ini untuk drone kedua yang ditembak jatuh di #khelat_AlFergan #Tripolis Selatan.”
‘‘Israel’’ telah lama menjual persenjataan ke Azerbaijan, dengan produsen senjata ‘‘Israel’’ Elbit Systems pada Januari menjual drone-drone “kamikaze” ke negara Kaukasia itu dalam kesepakatan pertama dari jenisnya. Selama kunjungan ke Azerbaijan oleh Perdana Menteri Zionis Benjamin Netanyahu pada Desember 2016, Presiden Azerbaijan Ilham Aliyev mengungkapkan bahwa “sejauh ini kontrak Antara perusahaan-perusahaan Azerbaijan dan ‘‘Israel’’ sehubungan dengan perlengkapan pertahanan telah mencapai $5 miliar”.
Belum jelas kepada siapa Aeronautics pertama kali menjual drone semacam itu, yang nampaknya telah dikirim ke Libya. Namun, mengingat Dewan Keamanan PBB berulangkali memperbarui embargo senjata atas Libya sejak awal perang sipil pada tahun 2011, Aeronautics dapat dianggap melanggar hukum internasional karena menyediakan persenjataan kepada pasukan GNA.
Ini bukan pertama kalinya laporan mengenai keterlibatan ‘Israel’ dalam perang sipil Libya muncul.
Pada musim panas tahun 2015, ‘Israel’ dilaporkan mengirim secara langsung bantuan militer kepada pasukan Haftar.
Baca: Serangan Sekutu ke Libya
Pada tahun 2018, muncul laporan bahwa Haftar telah melakukan “pertemuan yang diperpanjang” dengan seorang pejabat intelejen ‘Israel’ di ibukota Jordania Amman, dalam upaya untuk “memperdalam koordinasi keamanan antara dia dan ‘Israel’”. Sebuah sumber tak bernama yang dekat dengan Haftar menjelaskan bahwa jenderal itu “meminta pasukan keamanan ‘Israel’ untuk meningkatkan kehadiran mereka di Libya selatan untuk memotong keinginan Prancis dan Italia untuk mengendalikan wilayah itu”.
Penghubung Haftar dengan ‘Israel’ diduga melalui mantan mata-mata ‘Israel’ Ari Ben-Menashe, yang terkenal karena pekerjaannya melobi dan berhubungan dengan pemimpin-pemimpin kontroversial, termasuk Letnan Jenderal Mohamed Hamdan Dagalo – dikenal sebagai Hemeti – yang saat ini mengepalai Pasukan Dukungan Cepat (RSF) Sudan dan bekerja sama dengan Dewan Transisi Militer negara itu.
‘Israel’ bergabung dengan pendukung-pendukung regional Haftar lainnya, termasuk Uni Emirat Arab (UAE), Mesir, Arab Saudi, Rusia dan Prancis, yang menyediakan bantuan materil dan finansial untuk pasukannya.*/Nashirul Haq AR