Hidayatullah.com—Seorang akademisi Prancis dan seorang akademisi Australia yang ditahan di Iran dengan tuduhan spionase melakukan aksi mogok makan mulai malam Natal sampai waktu yang tidak ditentukan. Demikian dikonfirmasi Sciences Po University, Prancis.
“Ceri mengkonfirmasi mogok makan yang dilakukan oleh Faradiba Adelkhah dan temas satu selnya Kylie Moore-Gilbert,” tulis Centre for International Studies and Research di Sciences Po University di Twitter hari Rabu (25/12/2019).
Selain Adelkhah, seorang akademisi Prancis lain, Roland Marchal, juga ditahan di Iran.
“Pada hari Natal ini, solidaritas dan harapan kami haturkan kepada Fariba, Roland dan semua tahanan lain yang dikurung secara paksa. #FreeFariba #FreeRoland,” imbuhnya.
Penahanan Adelkhah, seorang pakar di bidang Islam Syiah dan direktur riset di Centre for International Studies and Research di Sciences Po University, dengan tuduhan spionase dikonfirmasi oleh Iran pada bulan Juli.
Penahanan Kylie Moore-Gilbert, akademisi Melbourne University, dikonfirmasi oleh Iran pada bulan September. Dia dituduh melakukan aksi mata-mata untuk negara lain, tetapi keluarganya mengatakan bahwa wanita itu sudah ditahan beberapa bulan sebelumnya.
Dalam sebuah surat terbuka, kedua wanita itu mengatakan menjadi korban “penyiksaan psikologis” dan menyeru solidaritas internasional atas nama “kebebasan akademik”.
“Kami akan melakukan mogok atas nama semua akademisi dan peneliti di seluruh Iran dan Timur Tengah, yang seperti halnya kami mengalami pemenjaraan sewenang-wenang karena menyuarakan perubahan,” bunyi surat itu yang dikirimkan ke Center for Human Rights in Iran (CHRI) yang berbasis di New York, lansir RFI Kamis (26/12/2019).
“Kami sudah berada dalam tahanan Garda Revolusi Iran untuk waktu yang sangat lama, Kylie Moore-Gilbert sudah lebih dari 15 bulan, dan Fariba Adelkhah lebih dari 7 bulan. Kami menjadi bulan-bulanan penyiksaan psikologis dan banyak pelanggaran terhadap hak asasi manusia dasar kami,” imbuh surat itu.
Beberapa orang asing masih berada di dalam tahanan Iran saat ini, di antaranya mantan tentara AS Michael R White dan warga Inggris-Iran Nazanin Zaghari-Ratcliffe.*