Hidayatullah.com—Film “Mulan” Disney yang merupakan remake dari film animasi di tahun 1998 menghadapi kritik keras setelah dalam kreditnya berterima kasih kepada Biro Keamanan Publik Kota Turpan. Biro Keamanan adalah biro yang membantu pemerintah Komunis China memenjarakan umat Islam di kamp-kamp konsentrasi lapor TheWarp (08/09/2020).
Reporter Axios, Bethany Allen-Ebrahimian, men-tweet pada hari Senin bahwa kredit film itu “benar-benar keterlaluan,” mengingat biro tersebut telah “sangat terlibat” dalam menjalankan kamp-kamp di Xinjiang, sebuah wilayah bermayoritas etnis Uighur Muslim di Barat Laut China. Wilayah ini dalam beberapa tahun terakhir menjadi terkenal karena menjadi pusat penindasan China atas Uighur, etnis minoritas berbahasa Turkik yang sebagian besar Muslim.
Sedangkan @jeaneette_ng men-tweet, “Mulan secara khusus mengucapkan terima kasih kepada departemen publisitas Komite Region Otonomi Uighur Xinjiang Partai Komunis China (CPC) dalam kreditnya. Anda tahu, (disanalah) tempat terjadinya genosida budaya. Mereka syuting secara ekstensif di Xinjiang, yang (di) subtitelnya disebut ‘China Barat Laut’.”
Setidaknya 1 juta Uighur ditahan di kamp-kamp re-edukasi atau disebut kamp cuci otak yang dijalankan pemerintah Komunis, menurut PBS. PBB menyebut hal ini sebagai kamp penahanan massal yang sangat melanggar HAM.
Kamp-kamp tersebut telah digunakan untuk menyiksa dan mempermalukan orang Uighur – termasuk memaksa beberapa tahanan untuk makan daging babi, yang dilarang dalam Islam – menurut beberapa laporan. Pada saat yang sama, pemerintah China dituduh menjalankan program “pemerkosaan massal” terhadap wanita Uyghur dengan memaksa mereka tidur dengan pria keturunan Han.
Kemarin, The Washington Post memuat artikel opini yang menyebut kredit film itu sebagai “skandal.” Pasukan keamanan di Turpan, kota di Xinjiang timur, telah memainkan peran penting dalam penindasan sistematis negara terhadap Muslim, tulis Isaac Stone Fish.
“Turpan secara langsung terlibat dalam kejahatan ini,” tulis Fish. “Pada 2017, pejabat Partai Komunis di kota menghadapi masalah. Seperti pejabat di seluruh wilayah, mereka mulai mengumpulkan Muslim dan mengirim mereka ke kamp konsentrasi.”
“Tetapi siswa Muslim dari bagian lain negara itu kembali ke rumah dan bertanya kepada pejabat tentang orang tua mereka. Maka para pejabat menyiapkan panduan tanya jawab yang terperinci. ‘Mereka ada di sekolah pelatihan,’ jawab para pejabat dengan dingin, jawaban yang sebelumnya telah diajarkan kepada mereka. ‘Mereka memiliki kondisi yang sangat baik untuk belajar dan tinggal di sana, dan Anda tidak perlu khawatir,’ Jawaban itu tidak mungkin jauh dari kebenaran,” lanjutnya.
Film tersebut juga mendapat kecaman setelah bintang Yifei Liu mendukung polisi Hong Kong tahun lalu, yang dipandang represif terhadap pengunjuk rasa pro-demokrasi. Dukungan Liu memicu kampanye #BoycottMulan, dengan banyak pengguna Twitter mengatakan mereka tidak akan menonton film tersebut karena komentarnya itu.
Disney tidak segera menanggapi permintaan TheWrap untuk mengomentari mengapa kredit “Mulan” berterima kasih kepada biro tersebut.*