Hidayatullah.com—Dalam kunjungan pertamanya ke Libanon dalam 27 tahun, kepala biro politik Hamas Ismail Haniyah disambut meriah di kamp pengungsi Ein El-Hilweh lapor The New Arab (08/09/2020).
Dalam pidatonya di depan para pengungsi Palestina dia menegaskan hak Palestina untuk kembali. “Kita tidak akan menerima naturalisasi, imigrasi ke negara lain dan Kesepakatan Abad Ini tidak akan tercapai. Kita akan menjadi tamu di Lebanon sampai kami berhasil kembali ke negara kami,” kata Haniyah.
Haniyah disambut dengan parade dan digendong oleh para penghuni kamp. Pada hari itu juga dia menyerukan pembentukan pemerintah persatuan nasional untuk mengakhiri semua divisi politik di Palestina.
Dalam wawancara dengan TV Palestine dari Beirut, Haniyeh mengatakan bahwa “pemerintah persatuan nasional di Tepi Barat dan Jalur Gaza sedang melaksanakan tiga tugas yang bisa menjadi pintu gerbang untuk mengakhiri perpecahan Palestina”.
Haniyah menjelaskan rencana penyatuan lembaga Otoritas Palestina di Tepi Barat dan Gaza serta persiapan pemilihan parlemen dan presiden. Haniyeh menambahkan bahwa tugas ketiga pemerintah persatuan terkait dengan “mengakhiri blokade ‘Israel’ yang diberlakukan di Jalur Gaza dan menghadapi penjajahan dan rencana Zionis di Tepi Barat yang diduduki”,
“Saya kira membentuk pemerintahan persatuan itu mudah, karena kita punya banyak kesepakatan yang sudah dibicarakan tentang masalah ini,” kata Haniyah. Dia menambahkan, sebuah komite terkait menyelidiki bagaimana mengakhiri perpecahan yang muncul dari pertemuan para pemimpin faksi Palestina, telah diadakan secara serentak di kota Palestina Ramallah dan ibu kota Lebanon, Beirut, pada Kamis.
Dalam pertemuan tersebut, para pemimpin faksi sepakat tentang perlunya “mencapai persatuan nasional dan menata ulang struktur internal untuk mengatasi tantangan dan konspirasi yang dihadapi perjuangan Palestina”. Haniyah mengatakan bahwa pertemuan itu berada pada “tahap yang sulit”.
“Salah satu tujuan pertemuan itu adalah untuk bekerja menyelamatkan proyek nasional, melindungi tanah Palestina dan tidak boleh disusupi pihak manapun,” ujarnya. Dia juga menyerukan rencana Palestina untuk melawan rencana ‘Israel’-Amerika yang “menargetkan Yerusalem”, mengutip peringatan keras oleh Mufti Besar Yerusalem pada bulan Juni.
“Rakyat Palestina adalah pengantar dari jembatan bagi bangsa kami dalam melestarikan Yerusalem dan menghadapi rencana ‘Israel’, yang bertujuan untuk menyingkirkan Yerusalem dari lingkungan Palestina, Arab, Islam, Kristen, dan kemanusiaan,” katanya.*