Hidayatullah.com—Iran akan menegosiasikan restitusi untuk keluarga korban penumpang pesawat sipil Ukraina yang dirudal militer Iran pada bulan Januari, kata kepala otoritas penerbangan nasional kepada kantor berita resmi IRNA hari Rabu (9/9/2020).
Touraj Dehqani Zanganeh mengatakan negaranya bersedia membayar “kompensasi penuh” kepada keluarga 176 korban berdasarkan regulasi internasional, lansir DW.
“Apa bukti Iran menerima sepenuhnya tanggung jawab atas kesalahannya, oleh karena itulah negara ini bersedia untuk melakukan negosiasi tentang pembayaran kompensasi penuh atas apa yang telah dilakukannya,” kata Zanganeh.
Iran bersiap untuk menghadiri putaran baru perundingan-perundingan dengan negara-negara asing tentang pembayaran ganti rugi kepada keluarga korban pada 18 Oktober.
Bulan lalu, Iran masih menolak untuk menawarkan kompensasi kepada keluarga korban dengan alasan psawat itu diasuransikan oleh perusahaan-perusahaan Ukraina dan Eropa, yang dengan demikian merekalah yang seharusnya membayar kompensasi.
Iran pada awal insiden juga bersikeras menyatakan penembakan 8 Januari itu merupakan kesalahan teknis. Namun seiring dengan protes dan analisis kritis pihak asing, Iran yang tidak lagi dapat berkelit akhirnya mengakui bahwa pihaknya mengira pesawat sipil Ukraina itu sebagai serangan misil Amerika Serikat yang mengarah ke negaranya dan karena itulah pesawat tersebut ditembak oleh militer Iran.
Teheran mengira Amerika Serikat melakukan serangan terhadapnya, sebab beberapa hari sebelumnya yaitu pada 3 Januari seorang jenderal Garda Revolusi yang merupakan tokoh kebanggaan Iran, Qassem Soleimani, mati dalam serangan drone AS yang menarget konvoi kendaraannya di bandara Baghdad, Iraq.
Pesawat Boeing 737 milik Ukraine International Airlines (UIA) ditembak jatuh oleh rudal Iran sesaat setelah lepas landas dari bandara Teheran. Semua kru dan penumpangnya seketika tewas. Mereka berasal dari Ukraina, Iran, Kanada, Afghanistan, Inggris dan Swedia.*