Hidayatullah.com — Sebuah kasus yang menggugat larangan pemakaian simbol-simbol agama oleh pegawai negeri akan mulai berlangsung di pengadilan provinsi Quebec, Kanada pada Senin ini lapor Al Araby (02/11/2020).
Gugatan yang dilayangkan oleh Dewan Nasional Muslim Kanada (NCCM), Asosiasi Kebebasan Sipil Kanada (CCLA), Ichrak Nourel Hak, seorang Muslimah, menolak UU 21 dan menyebutnya tidak konstitusional.
Di bawah UU itu, pegawai negeri, termasuk beberapa guru, pengacara, dan petugas kepolisian dilarang menggenakan pakaian keagamaan seperti jilbab, kippah atau turban di tempat kerja.
Para aktivis dan penggugat mengatakan UU 21 diskriminatif dan telah menciptakan “kewarganegaraan kelas dua” untuk agama minoritas di Kanada.
Undang-undang itu sebenarnya telah mendapat kecaman luas, termasuk dari Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau yang mengatakan: “Tidak terpikirkan oleh saya bahwa dalam masyarakat bebas kita akan melegitimasi diskriminasi terhadap warga negara berdasarkan agama mereka.”
Bukti yang diajukan oleh salah satu penggugat mengatakan bahwa setidaknya 10 guru Muslim kehilangan pekerjaan karena UU 21, sementara puluhan lainnya dihalangi dari promosi atau harapan karir mereka pupus.
“Apa yang dipertaruhkan adalah masa depan banyak orang dan apakah mereka dapat bekerja atau tidak. Kebebasan berekspresi, kebebasan beragama, kebebasan hati nurani, Piagam Hak kami – saya pikir semua itu juga dipertaruhkan,” Diane Rollert, presiden dari Koalisi Inklusi Quebec, seperti dikutip CBC.
Otoritas Quebec, bagaimanapun, telah mendukung undang-undang tersebut, dengan Perdana Menteri Francois Legault bersikeras bahwa UU tersebut didukung oleh “sebagian besar Quebec”.
Jajak pendapat Leger Marketing dari sekitar 1.200 penduduk Quebec pada Mei 2019 menunjukkan bahwa UU 21 mendapat dukungan dari 63 persen orang di provinsi yang sebagian besar berbahasa Prancis. Jajak pendapat tersebut juga menunjukkan bahwa hanya 37 persen penduduk Quebec yang memiliki pandangan positif tentang Muslim.
Sidang Senin diperkirakan berlangsung antara lima dan tujuh minggu, menurut laporan media Kanada.*