Hidayatullah.com—Presiden Kosovo Hashim Thaci, bekas pemimpin gerilya pada masa perang kemerdekaan Kosovo dari Serbia pada tahun 1990-an, hari Kamis (5/11/2020) mengundurkan diri untuk menghadapi dakwaan kejahatan perang dan kejahatan kemanusiaan di pengadilan khusus di Den Haag, Belanda.
Pengadilan khusus itu dibentuk pada tahun 2015 untuk mengadili kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan yang dilakukan oleh Kosovo Liberation Army (KLA), sebuah kelompok gerilyawan pada masa konflik di Kosovo tahun 1998-1999.
“Saya akan bersikap kooperatif dengan pihak kukum. Saya percaya dengan kebenaran, rekonsiliasi serta masa depan bangsa dan rakyat kita. Oleh karena itu, hari ini, lebih dari sebelumnya, saya menyeru kepada kalian (rakyat) agar tidak kehilangan harapan, kesabaran dan keyakinan,” kata Thaci dalam konferensi pers di Pristina seperti dilansir Euronews.
Dia membantah semua tuduhan.
Hari Kamis Thaci meninggalkan Kosovo menuju Den Haag dengan menumpang pesawat kargo militer yang lepas landas dari sebuah pangkalan NATO di luar ibukota Pristina.
Dua orang lain yang didakwa dengan tuduhan serupa diyakini juga berada di pesawat yang sama. Mereka adalah mantan juru bicara parlemen dan ketua Partai Demokrat Kosovo Kadri Veseli, dan seorang anggota partai oposisi Vetёvendosje, Rexhep Selimi. Keduanya adalah mantan anggota KLA.
Sejak pemboman Yugoslavia 1999, pasukan penjaga perdamaian NATO bertindak sebagai tentara de facto negeri itu dan biasanya menangani misi sensitif seperti membawa Thaci dan lainnya ke pusat tahanan di Den Haag.
Dakwaan terhadap Thaci diumumkan ke publik pada bulan Juni di malam pertemuan terencana Thaci dengan Presiden AS Donald Trump di Washington. Pertemuan itu diduga membahas kesepakatan-kesepakatan untuk mengakhiri isu-isu yang belum terselesaikan antara Kosovo dan Serbia yang muncul dari pecahnya negara sosialis Yugoslavia pada tahun 1990-an.
Menyusul pengumuman pengunduran diri Thaci dari kursi kepresidenan, orang-orang dekatnya dan bekas petinggi KLA lain ditangkap atau menyerahkan diri ke pengadilan.
Menurut pengumuman pada bulan Juni, mereka semua merupakan bagian dari dakwaan yang terdiri dari 10 tuduhan kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan, termasuk penculikan, penyiksaan dan pembunuhan orang-orang sipil.
“Kita adalah bangsa yang cinta kemerdekaan dan bukan bangsa pendendam. Oleh karena itu tidak akan ada keputusan yang akan mengubah sejarah kita. Kosovo adalah korban dan Serbia adalah bangsa agresor. Situasi baru ini merupakan kesempatan baru bagi Kosovo, kita harus mengubahnya menjadi keuntungan sekarang dan masa depan bangsa Kosovo,” kata Thaci dalam konferensi pers hari Kamis.
Perdana Menteri Albania Edi Rama menanggapi pengunduran diri Thaci lewat Twitter. “Hashim Thaci mendapatkan dukungan penuh dan solidaritas dari Albania dalam pertempuran yang akan datang bagi Kosovo dan hak perjuangan kebebasan yang tidak dapat diganggu-gugat,” kata PM Edi Rama.
“Proses absurd yang sedang dialaminya akan mengukuhkan kemurnian KLA untuk selamanya dan terukir abadi dalam sejarah,” pungkas Rama.
Mantan perdana menteri Kosovo Ramush Haradinaj, yang pernah dua kali dijerat dakwaan kejahatan perang, menyeru agar dilakukan rapat luar biasa pemerintah dan segera menangguhkan semua aktivitas berkaitan dengan perundingan damai dengan Serbia.
Ketua parlemen Kosovo Vjosa Osmani sementara akan memegang jabatan kepresidenan.
Seorang jubir jaksa penuntut di Den Haag mengatakan kepada Associated Press bahwa dia tidak memiliki komentar tentang pengumuman pengunduran diri Thaci.*