Hidayatullah.com–Seorang dokter yang dipekerjakan otoritas kesehatan publik Inggris, National Health Service (NHS), diduga telah membunuh ayah dari pasangannya, dan hampir menyebabkan nyawa pasangannya serta ibu dari pasangannya melayang. Ketiga orang itu diberi racun yang populer di kalangan pembunuh, thallium.
Hakim di pengadilan London mengatakan dokter tersebut meracuni ketiga orang itu dengan thallium dan berusaha menghilangkan jejak kejahatannya, tidak mengerahkan pengetahuan medisnya untuk menolong mereka dan berbohong perihal apa yang sesungguhnya terjadi.
Keputusan itu dinyatakan oleh hakim Williams di pengadilan sipil di akhir kasus perebutan hak asuh anak antara si dokter dan bekas pasangannya tersebut, lapor The Guardian Senin (31/1/2022).
Dari sisi hukum kasus ini sangat tidak biasa, sebab dokter itu dinyatakan bersalah melakukan pembunuhan dan percobaan pembunuhan di pengadilan sipil, atas dasar probabilitas dari keterangan saksi yang tersedia, dan bukan di pengadilan pidana di mana juri yang beranggotakan 12 orang harus memutuskan secara bulat tanpa ada keraguan bahwa seseorang telah melakukan pembunuhan.
“Sungguh sangat mengerikan ada dokter yang telah mengucapkan sumpah Hiprokrates merupakan pelaku pembunuhan atas seseorang dan berusaha membunuh orang lainnya,” kata Simon Bruce, pengacara anggota tim kuasa hukum wanita tersebut.
Sementara kebanyakan kasus yang diajukan ke pengadilan keluarga antara lain meliputi cedera, KDRT atau pelecehan, kata Bruce, “pembunuhan kakek dari si anak dan percobaan pembunuhan atas nenek dan ibunya ini merupakan kasus yang sangat tidak biasa.”
The Guardian tidak dapat mengungkap nama dokter tersebut karena dalam putusannya hakim memerintahkan agar identitasnya, identitas si anak dan ibunya tetap disembunyikan.
Meskipun demikian, hakim Williams dalam putusannya menyebut bahwa pelaku peracunan adalah seorang dokter kelahiran Bulgaria yang pindah ke Inggris pada akhir tahun 2000-an. Dokter itu kemudian menjalin kasih dengan wanita itu, yang bekerja sebagai staf tata buku dan juga orang Bulgaria yang telah memperoleh status kewarganegaraan Inggris. Anak lelaki mereka dilahirkan pada tahun 2010.
Dalam persidangan diungkap bahwa dokter itu menambah thallium ke dalam teko kopi ketika mereka semua berlibur ke Bulgaria pada September 2012. Wanita itu, serta ibu dan ayahnya meminum kopi dari teko tersebut, sedangkan dokter itu meracik secangkir kopi instan untuk dirinya sendiri. Kakek bocah itu meninggal dunia dua hari kemudian. Kedua wanita itu sakit parah, tetapi nyawanya masih daapt diselamatkan. Pasangan itu berpisah tidak lama kemudian.
Kala itu, Kepolisian Bulgaria sudah menyelidiki kasus peracunan dan memeriksa dokter itu dan memberitahu pihak Kepolisian Inggris. Namun, kasus itu berlalu begitu saja tanpa ada dakwaan kriminal.
“Keadaan menjelang kematian ayah saya dan ingatan tentang bagaimana dia menderita akibat efek racun di jam-jam terakhirnya akan menghantui saya selamanya. Tidak ada yang bisa membayangkan rasa sakit luar biasa yang saya dan ibu rasakan akibat keracunan dalam enam minggu pertama setelah kami diracuni,” kata wanita itu kepada The Guardian.
“Setiap hari saya sangat menderita karena memikirkan bahwa saya telah membawa seorang pembunuh ke rumah orangtua saya, dan bahwa ayah saya meninggal sebagai akibat langsung dari ini. Apa yang saya alami adalah mimpi buruk.”
Pada tahun 2018, dokter itu mulai melakukan tindakan hukum untuk memperoleh hak asuh atas putranya setelah dia berpisah dari pasangannya tersebut.
Wanita itu berdalih pria itu seharusnya tidak lagi menghubunginya karena sudah meracuni dirinya dan kedua orangtuanya.
Dalam persidangan, wanita itu menceritakan bagaimana dokter itu memaksa mereka agar segera meninggalkan Bulgaria dan kembali ke Inggris, ketika gejala keracunan sudah mulai tampak.
Wanita itu mengatakan bahwa sesampainya di Inggris, pria itu nyaris tidak memberikan bantuan medis meskipun rambutnya sudah mulai rontok dan berat tubuhnya berkurang drastis. Beberapa waktu kemudian diketahui bahwa wanita itu beserta kedua orangtuanya sudah diracun.
Hakim mengatakan bahwa sebagai upaya untuk menghilangkan jejak kejahatannya, dokter itu mengatakan kepada sejawatnya bahwa wanita tersebut kemungkinan mengalami sindrom Guillain-Barré, gangguan syaraf yang sangat serius dan langka.
Dalam putusannya hakim Williams menegaskan bahwa dokter itu berkali-kali bohong dalam memberikan keterangan seputar peracunan tersebut. Hakim menilai dia mengarang cerita dan berbelit-belit serta tidak sungguh-sungguh ketika menjawab pertanyaan dalam persidangan. Singkat kata, hakim menilai dokter itu sebagai “saksi yang tidak meyakinkan”.
Hakim juga menegaskan bahwa sebagai dokter, ayah si anak itu memiliki kemampuan untuk menakar kadar racun thallium yang mematikan tetapi tidak terlalu kentara sehingga orang yang meminum kopi tersebut tidak segera menyadari bahwa mereka sudah diracun.
“Pada saat ibu si anak panik dan mulai yakin bahwa dia diracuni, sikapnya untuk tidak melakukan sesuatu yang substansial di bidang medis hampir tidak dapat dijelaskan kecuali bahwa dia memiliki pengetahuan sebelumnya tentang penyebabnya,” kata hakim.
Setelah lima hari persidangan yang digelar tahun lalu, hakim Williams mengeluarkan putusan yang berpihak kepada si ibu dalam kasus perebutan hak asuh tersebut. Hakim menilai bahwa ada kemungkinan klaim wanita itu perihal peracunan tersebut benar adanya.
Dokter itu saat ini sedang tidak bekerja. The Guardian tidak mendapat tanggapan ketika meminta komentarnya perihal putusan hakim tersebut.
Sebuah pernyataan yang dikeluarkan pengacaranya dari firma hukum Delphine Philip Law mengatakan bahwa klien mereka menyangkal keras tuduhan ibu si anak bahwa dokter itu telah meracuninya dan kedua orangtuanya. Kliennya menilai pengadilan tidak mempertimbangkan dengan bijaksana fakta bahwa tidak ada bukti langsung yang mendukung tuduhan wanita tersebut.
Otoritas pengendalian penyaki di Amerika Serikat US Centers for Disease Control and Prevention (CDC) menyebut thallium sebagai logam berat “yang tidak memiliki rasa dan tidak berbau dan dipakai oleh banyak pelaku pembunuhan karena sulit untuk mendeteksinya”.*