Hidayatullah.com– Polisi Jerman menangkap seorang pria Iran yang berencana melakukan serangan kimia.
Lelaki berusia 32 tahun itu diringkus di rumah susun tempat tinggalnya pada hari Sabtu menjelang tengah malam di kota Castrop-Rauxel dekat Dortmund di bagian barat Jerman.
Polisi bertindak setelah mendapatkan informasi dari sebuah dinas intelijen asing, yang menyebutkan bahwa pria itu telah memperoleh sejumlah racun – termasuk sianida dan ricin – yang dengan itu dia berencana melakukan serangan teror, kata pihak berwenang hari Ahad (8/1/2023) seperti dilansir The Guardian.
Seorang lelaki lain, yang diyakini saudara kandung pria tersebut, juga ditangkap. Dia dikenal oleh polisi tetapi bukan karena terorisme, dan tidak jelas apakah dia juga terlibat dalam rencana serangan kimia itu.
Abang-beradik itu diyakini tinggal di Jerman sejak 2015.
Keduanya dibawa ke mobil polisi yang sedang menunggu di jalan dekat pertokoan, dengan hanya mengenakan pakaian dalam dan jaket yang disampirkan di punggung, dikawal oleh polisi berseragam dan bersenjata lengkap. Saat ini mereka ditahan di dalam sel.
Pasukan khusus SEK yang melakukan penangkapan dikabarkan datang ke lokasi dengan menggunakan kendaraan pemadam kebakaran untuk keperluan penyamaran.
Petugas dari unit dekontaminasi dan ilmuwan dari lemabaga pencegahan dan pengendalian penyakit Robert Koch Institute (RKI), serta unit detonasi (gegana), turut serta dalam operasi tersebut.
Menurut jubir dari kantor kejaksaan Düsseldorf, tidak ada bahan berbahaya ditemukan di rumah susun tempat tinggal tersangka.
Laporan media Jerman menyebutkan bahwa FBI yang memberikan informasi kepada otoritas Jerman perihal keduanya. Menurut dinas intelijen domestik Amerika Serikat itu keduanya adalah simpatisan kelompok ISIS alias Daesh alias IS.
Pria Iran yang ditangkap diyakini akan melakukan serangan bukan atas nama negara Iran, melainkan atas nama ISIS, kata sumber keamanan Jerman kepada kantor berita DPA, yang menyebut lelaki itu sebagai seorang pendukung “kelompok teror Islam Sunni”.
Tabloid Bild, yang mengutip keterangan aparat keamanan, rencana serangan sudah pada tahad cukup jauh di mana tersangka utama mencari informasi lewat internet perihal ricin dan sianida dan membeli keduanya dengan maksud membuat senjata biologi.
Awalnya dia bermaksud melakukan seranganpada malam Tahun Baru, tetapi tidak memiliki cukup bahan-bahan yang diperlukan, dan baru beberapa hari lalu dia mendapatkannya.
Herbert Reul, menteri urusan dalam negeri negara bagian Nordrhein-Westfalen di mana operasi penangkapan terjadi, berkata, “Kami memiliki informasi yang perlu ditanggapi serius, itu kenapa polisi diminta untuk bergerak pada malam hari.”
Dia mengatakan keterangan lebih lengkap perihal investigasi itu akan diungkapkan ke publik dalam beberapa hari mendatang.
Pada 2018 rencana serangan serupa digagalkan setelah polisi menangkap seorang pria berusia 29 beserta istrinya di Cologne. Mereka berencana menggunakan biji ricin (buah tanaman jarak) dan 250 kelereng baja untuk membuat bom dengan instruksi lewat internet yang diberikan IS. Mereka melakukan uji ledakan di blok rumah susun berlantai 15 tempat mereka tinggal.
Menurut situs we RKI, ricin terdaftar sebagai senjata perang yang dimasukkan dalam kelompok senjata kimia dan biologi. Ricin dihasilkan dari biji buah tanaman jarak (castor bean). Ricin sifatnya beracun, kurang dari 2mg apabila terlelan sudah dapat mengundang maut. Meskipun racunnya tidak menular, tetapi belum ada antidote-nya dan yang dapat diobati hanya gejala keracunannya saja. Sianida juga sangat beracun, sedikit saja bisa mematikan.
Pakar terorisme Peter Neumann dari King’s College London seperti dikutip koran Jerman Die Zeit mengatakan Jerman perlu meningkatkan kewaspadaannya. Pasalnya, hampir semua rencana serangan teroris di negara itu berhasil digagalkan hanya karena ada informasi dari dinas intelijen Amerika Serikat.
Dia mengatakan saat ini risiko serangan teror dari kelompok Islam lebih rendah daripada enam hingga tujuh tahun yang lalu, “tetapi risiko itu masih ada, dan kita tidak boleh luput.”*