Hidayatullah.com—Puluhan ribu warga sipil telah dipindahkan dari timur Aleppo sejak Senin tengah malam Senin dengan imbalan kelompok oposisi memungkinkan meninggalkan dua desa pro-pemerintah di provinsi Idlib yang dikuasainya.
Menteri Luar Negeri Turki Mevlut Cavusoglu mengatakan 20.000 warga sipil telah dievakuasi dari Aleppo sejauh ini, tapi ada variasi dalam perkiraan berapa banyak orang masih berusaha untuk dibawa keluar, dari beberapa ribu hingga puluhan ribu.
“Ribuan orang masih ingin dievakuasi,” kata juru bicara ICRC Krista Armstrong dari Aleppo dikutip Reuters.
Diperkirakan total 17.000 orang telah dievakuasi dari daerah kantong itu sejak Kamis, termasuk 7.000 pada hari Senin, katanya.
Puluhan bus membawa ribuan penduduk dari daerah itu tiba di daerah yang dikuasai pejuang pembebasan penentang Rezim Bashar di barat wilayah bersangkutan.
“Masih ada 40 bus di dalam kantong Aleppo timur dengan lebih banyak orang yang melanjutkan dengan evakuasi. Operasi masih berlangsung, “katanya.
Dalam pada itu, Dana Anak-anak Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNICEF) mengatakan, 47 anak yang terjebak di wilayah Aleppo juga dipindahkan semalam.
Direktur regional UNICEF, Geert Cappelaere mengatakan, sebagian mereka dalam kondisi kritis akibat cedera dan kelaparan. Badan terkait dan lembaga lain juga berusaha membantu menyatukan kembali anak-anak yang dipindahkan dengan keluarga masing-masing, katanya.
Pada saat sama, 10 bus juga meninggalkan dua desa Syiah, al-Foua dan Kefraya di utara Idlib, menuju ke daerah yang dikuasai Rezim Bashar di barat Aleppo.
Pilu di Aleppo, Perempuan Izin Bunuh Diri untuk Hindari Teror Perkosaan Rezim Bashar
Pemindahan penduduk sipil, termasuk mereka yang terluka dari kedua kampung itu diklaim oleh tentara Suriah dan sekutu Syiahnya sebelum mereka mengizinkan kelompok oposisi dan orang sipil yang terperangkap meninggalkan timur Aleppo.
Di Idlib, pekerja bantuan mengatakan, lebih 60 bus tiba dari timur Aleppo. Sebagian mereka dibawa ke rumah anggota keluarga atau penduduk lain sementara yang lain ditempatkan di tenda sementara.
Evakuasi kemarin adalah hasil negosiasi antara Rusia – sekutu utama rezim Bashar al Assad – dan Turki, yang mendukung kelompok oposisi.

Pemindahan ini sekaligus memberikan keleluasaan tentara Rezim Bashar menguasai secara penuh atas seluruh Kota Aleppo, kota terbesar kedua di Suriah yang sebelum perang Suriah meletus terkenal sebagai pusat ekonomi dan parisiwata.
Penguasaan kembali Aleppo itu menjadi kemenangan terbesar Rezim Bashar dan pendukungnya (Rusia, Iran dan milisi Syiah) sejak serangan pemerintah Suriah kepada rakyatnya sendiri meletus enam tahun lalu.
Sementara itu, Ahmad al-Dbis yang memimpin sekelompok dokter dan relawan yang menyelaraskan evakuasi itu mengatakan lebih dari 100 bus telah meninggalkan kota. Sebagian penduduk berada dalam kondisi parah setelah terpaksa menunggu lebih 16 jam di pos pemeriksaan militer Suriah tanpa bisa turun.
“Beberapa pengungsi mengatakan kepada kami bahwa beberapa anak meninggal karena menunggu lama dan cuaca dingin sementara mereka sedang menunggu untuk mengungsi,” katanya kepada Reuters.
“Mereka tidak makan atau minum. Anak-anak diserang flu. Mereka juga tidak diizinkan ke toilet, “kata Dbis.
Penduduk timur Aleppo, kubu penentang Bashar sejak 2012, hidup menderita setelah dikepung selama empat bulan oleh tentara Suriah sebelum menjadi sasaran serangan udara dan artileri November lalu.
Dewan Keamanan PBB memberikan suara untuk mengirim pengamat guna memantau evakuasi penduduk yang masih terperangkap di Aleppo, tatkala tentara rezim Suriah dibantu milisi Syiah Hizbullah dan Rusia, mulai menguasai kembali kota itu.
Utusan Khusus Prancis di Dewan Keamanan berharap keputusan itu dapat mencegah Aleppo menjadi satu lagi ‘Srebrenica’, di mana ribuan pria dan anak-anak Muslim Bosnia dibunuh dan diperkosa oleh tentara Serbia pada 1995.*