Hidayatullah.com–Warga Ghouta Timur Suriah “mengejek” sebuah gencatan senjata, karena bombardir oleh Rezim Suriah dan sekutu utama mereka, Rusia masih terus berlanjut sampai saat ini, demikian menurut para dokter dan aktivis lokal dikutip Aljazeera.
Serangan yang terus berlanjut dan pemboman di Ghouta Timur, sebuah wilayah yang dikendalikan oleh sebuah kelompok yang didukung oleh pemerintah di Damaskus, kemarin menyebabkan lima warga sipil, termasuk anak-anak yang terbunuh.
“Warga Ghouta Timur mengolok-olok berita tentang koridor aman (untuk evakuasi warga Ghouta Timur yang tetap dibombardir), mereka tidak mempercayainya sedetikpun. Mereka telah kehilangan semua kepercayaan dan kredibilitas rezim, terutama karena serangan tersebut tidak juga berhenti,” ungkap aktivis kemanusiaan Abdelmalik Aboud di Kota Douma kepada Aljazeera, Kamis (01/03/2018).
Minggu lalu, DK PBB di mana Rusia juga merupakan negara anggota tetap, mengeluarkan sebuah resolusi yang menyerukan gencatan senjata 30 hari di Suriah.
Gencatan senjata bertujuan untuk memungkinkan bantuan kemanusiaan dan medis dikirim ke yang paling parah terkena dampak perang sipil.
Hari Selasa, Rusia, yang juga terlibat dalam perang sipil di Suriah, mengatakan bahwa gencatan senjata hanya diadakan lima jam sehari dan memberikan sebuah koridor evakuasi untuk memberi penduduk desa meninggalkan Ghouta Timur.
Baca: Iran: Serangan di Pinggiran Kota Damaskus akan Terus Berlanjut
Namun, warga mengatakan gencatan senjata dan koridor evakuasi tidak pernah ada, bahkan pesawat Rusia dan Rezim Assad terus membom Ghouta Timur. Resolusi gencatan senjata yang disepakati 15 negara, termasuk Rusia, justri dilanggar hanya beberapa jam setelah disahkan.
“Pemboman itu tidak pernah berhenti. Rezim Suriah tidak mematuhi resolusi gencatan senjata PBB. Pelanggaran resolusi berlaku 24 jam sehari, “kata Abdelmalik.
Bahkan, katanya, warga selalu berhati-hati saat berada di daerah terbuka karena mereka tidak mempercayai gencatan senjata.
“Ada orang yang terbunuh saat gencatan senjata diumumkan. Kapal perang Rezim Assad dan Rusia selalu di udara, siang atau malam hari.
Baca: Hujan Bom di Ghouta Timur, Korban Sudah Lebih 500 Orang
Padahal menurut resolusi, warga bisa meninggalkan rumah mereka, membeli makanan dan minuman, sementara bantuan kemanusiaan diperbolehkan. Tapi itu tidak terjadi.
Ghouta Timur sendiri sampai sekarang masih berada di bawah kendali kelompok pejuang pembebasan sejak 2013, dua tahun setelah sebuah perlawanan yang menyerukan lengsernya rezim Asad digelar di Suriah pada Maret 2011.
Ketika rezim menghadapi perlawanan warga dengan kekerasan, penduduk setempat dan tentara pembelot memutuskan untuk mengangkat senjata dan berhasil menguasai wilayah-wilayah besar di seluruh negeri.
Namun karena intervensi Rusia dan Iran sejak akhir September 2015, pasukan Asad berhasil merebut kembali sebagian besar wilayah tersebut. Namun Ghouta Timur tetap menjadi salah satu basis kubu oposisi bersenjata yang masih dikuasai kelompok pejuang.
Ghouta adalah kawasan subur dan pusat pertanian. Kota seluas 370 km persegi ini memiliki populasi 2011 sebanyak 1,2 juta orang. Saat ini populasinya sekitar 300 ribu, banyak di antaranya pengungsi dari kawasan lain Suriah. Ghouta termasuk basis pejuang pembebasan Suriah yang telah dikepung rezim keji sejak 2012.
Berjarak hanya 13 km di timur laut Damaskus, kawasan Bumi Syam ini disebut oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi sallam dalam beberapa hadits sahih Abu Dawud, At-Tirmidzi adalah tempat berkumpulnya kaum Muslimin terbaik suatu saat nanti.*/Nashirul Haq AR