Hidayatullah.com—Majelis Ulama Indonesia (MUI) memberikan apresiasi terhadap Organisasi Kerjasama Islam (OKI) yang telah menyelenggarakan pertemuan luar biasa membahas perkembangan terbaru Masjid Al-Aqsha. Apresiasi juga disampaikan kepada Duta Besar Eko Hartono, sebagai wakil tetap Indonesia untuk OKI yang telah menunjukkan sikap tegas dan pembelaan kuat pemerintah Indonesia terhadap perjuangan untuk kemerdekaan rakyat dan bangsa Palestina.
“Bagi MUI, perjuangan bangsa Palestina adalah meruapakan perjuangan abadi sepanjang pemerintah zionis ‘Israel’ masih menunjukkan kecongkaannya melakukan aneksasi, genosida, menerapkan politik apartheid serta tidak menghentikan penjajahannya terhadap Palestina,” ujar Ketua MUI, Sudarnoto Abdul Hakim, hari Kamis (28/4/2022).
Menurut MUI, ‘Israel’ adalah pemerintah paling brutal yang secara terus menerus hingga abad XXI ini melakukan kejahatan terhadap kemanusiaan, agama, budaya dan hukum internasional. “Tindakan-tindakan negara jumawa ‘Israel’ ini harus dihentikan melalui berbagai cara dan dilakukan oleh elemen masyarakat internasional. Isu ‘Israel’-Palestina bukan isu lokal dan bukan juga konflik politik lokal. Akan tetapi ini merupakan tragedi dan sejarah kelam politik dan kemanusiaan dan bahkan agama yang sangat menyayat yang dipertontonkan secara global,” ujarnya.
Menurutnya, menangangi kasus ‘Israel’-Palestina sama sekali tidak cukup melalui kutukan akan tetapi harus ada langkah-langkah pasti dan kongkrit yang dilakukan secara terus menerus oleh sebuah kerjasama global. “A global friendship and alliance yang efektif sehingga ‘Israel’ benar-benar tak berdaya dan menghentikan seluruh tindakan kotor,” tambahnya.
MUI sependapat dengan sejumlah keputusan penting yang dihasilkan dalam pertemuan luar biasa OKI. MUI memandang, bagi bangsa Indonesia dan harusnya juga bagi negara-negara anggauta OKI lainnya, perjuangan untuk membela Palestina harus terus dilakukan dengan mewujudkan kemerdekaan dan kedaulatan bangsa dan rakyat Palestina.
MUI menilai masih banyak hambatan yang dihadapi untuk terwujudnya Palestina sebagai sebuah negara yang berdaulat dan merdeka. Antara lain ialah pertentangan faksional di Palestina, lemahnya persatuan negara-negara Timur Tengah, dukungan kuat Amerika yang ditunjukkan melalui Veto di Sidang Dewan Keamanan PBB.
Sehubungan dengan itu, dukungan negara-negara OKI, haruslah benar-benar kongkrit, efektif dan berdampak kuat bagi penghentian imperialisme ‘Israel’ dan penodaan pada Masjid Al-Aqsha. Misalnya menghentikan kegiatan impor barang-barang produk ‘Israel’.
“Boikot terhadap produk ‘Israel’ ini penting dilakukan oleh semua negara-negara anggauta OKI. Butuh keberanian, ketabahan dan konsolidasi,” kata Hakim. “Disamping itu, langkah untuk mereview hubungan diplomatik dengan ‘Israel’ yang dilakukan oleh negeri-negara anggauta OKI yang selama ini telah melakukan normalisasi hubungan diplomatic juga sebuah langkah penting dan patriotik dan akan sangat membentu penyelesaian ‘Israel’-Palestina dan penciptaan perdamaian,” tambahnya.
Langkah lain yang sangat penting dilakukan ialah dukungan dari negara-negara anggauta PBB untuk melakukan tekanan terhadap zionis ‘Israel’. Namun demian, berkaca kepada pengalaman, maka harus diyakinkan agar Amerika tidak lagi menggunakan veto.
Upaya-upaya diplomatik untuk meyakinkan Amerika dengan demikian juga sangat penting agar Amerika bersedia merubah cara pandang dan politik luar negerinya supaya lebih lebih fair, adil dan benar-benar diorientasikan kepada pembelaan terhadap kemanusiaan dan perdamaian. Ini memang sulit akan tetapi harus dilakukan.
“Indonesia bisa memainkan peran penting. PBB harus jauh lebih demokratis dan berdaya supaya berbaga keputusan penting yang menyangkut masa depan Palestina benar-benar mendapatkan jaminan dan pengawalan yang lebih pasti. Salah satu letak kuncinya ialah Amerika dan negara -negara lain pemegang Veto,” tambahnya.
Pertemuan OKI
Oki telah menyelenggarakan pertemuan luar biasa (the Open-Ended Meeting of the Executive Committee at the Level of Permanent Representatives) di markas OKI, Jeddah, pada 25 April 2022. Pertemuan ini dilatarbelakangi oleh perkembangan yang kian mengkhawatirkan di Palestina, terutama di Masjid Al-Aqsha.
Pertemuan luar biasa tersebut dipimpin oleh Saudi Arabia selaku Ketua Executive Committee dan dihadiri oleh Sekretaris Jenderal OKI, dan Wakil Tetap negara anggota OKI. Pertemuan luar biasa tingkat Wakil Tetap negara ini terjadi atas desakan pemerintah Indonesia.
Dalam sambutannya, Sekretaris Jenderal OKI, Hussein Ibrahim Taha menekankan komitmen OKI untuk terus mendukung perjuangan bangsa Palestina hingga meraih kemerdekaannya. Lebih lanjut Hissein Brahim Taha menyampaikan OKI telah mengirim surat ke sejumlah international actors berisi penolakan dan pengecaman terhadap upaya penjajah ‘Israel’ untuk menerapkan penyekatan/pembatasan yang bersifat sementara maupun sebagian dari kompleks mesjid Al-Aqsha.
“Kami juga ingin menekankan perlunya dan pentingnya melestarikan sejarah dan hukum yang ada di Masjid Al-Aqsha karena merupakan tempat ibadah suci khusus umat Islam,” ujar Hussein Ibrahim Taha.
OKI meminta agar aktor international menekan dan menghentikan agresi ‘Israel’ ke Palestina khususnya tanah suci Al-Aqsha. Sementara Wakil Tetap Indonesia untuk OKI, Duta Besar Eko Hartono, menjelaskan posisi pemerintah Indonesia, mengutuk serangan tentara ‘Israel’ ke dalam kompleks Al-Aqsha, yang menembaki warga Palestina yang tengah beribadah, dan serangan ke jalur Gaza, termasuk upaya ‘Israel’ melakukan penyekatan akses ke dalam komplek Al-Aqsha.*