Puluhan ribu jemaah yang sebahagian besar kaum hawa, seperti terhipnotis mengikuti ceramah AA Gym yang berlangsung sekitar satu jam. Bahkan diakhir tablig sebagaian besar dari mereka sempat menteskan air mata karena terharu dengan siraman rohani yang disajikan dai yang kini sangat digandrungi semua kelompok usia, terutama ibu-ibu, karena penampilannya yang selalu memikat para jemaah yang mengikuti ceramahnya.
Pimpinan Pondek Pesantren Daarut Tauhiid Bandung (Jawa Barat) ini berkunjung ke Sulawesi Tengah mengemban tugas yang bebankan Menko Kesra Yusuf Kalla, yakni menyejukkan masyarakat Poso yang sempat terombang ambing oleh konflik bernuansa SARA selama hampir empat tahun berlangsung di daerah itu. AA Gym tidak hanya berceramah di hadapan komunitas Muslim di Kota Poso, namun mengunjungi juga Tentena yang merupakan basis umat Kristiani guna memberi siraman rohani. Kedua komunitas yang berseteru di Poso itu sangat antusias menyambut hangat kehadiran AA Gym di daerahnya, bahkan di Tentena jemaah dari umat Kristiani mengerubuti dan memeluknya dengan penuh keharuan.
Toleransi kehidupan antarumat beragama di Poso yang sempat tercabik-cabik akibat konflik tersebut telah meninggalkan nokta yang sulit terlupakan bagi masyarakat di Poso karena menelan korban jiwa lebih 2.000 orang dari kedua kelompok tersebut. Krisis sosial yang terjadi di Poso itu semua hanya berawal dari peristiwa remaja yang mabuk-mabukan, kemudian meluas hingga menjerumuskan umat muslim dan kristiani ke dalam peritikaian yang mengenaskan. Kerusuhan tersebut mulai mereda setelah Menko Kesra Yusuf Kalla memprakarsai pertemuan pemuka agama dan tokoh masyarakat di Poso di Kota kecil Malino, Sulawesi Selatan, yang kemudian melahirkan Deklarasi Malino Damai untuk Poso.
Pada pertemuan lanjutan yang digelar di Palu setelah Deklarasi Malino berusia enam bulan, kedua pihak yakni Islam dan Kristen sepakat menjadikan setiap perusuh di Poso setelah deklarasi tersebut dijadikan sebagai musuh bersama. Namun ledakan bom agaknya belum bisa hilang dari Poso maupun Palu. Tugas berat semua pihak masih menghadang. Dan kehadiran KH A Gymnastiar di Poso, Palu, maupun Tentena diharapkan oleh semua pihak khususnya pemuka agama Islam dan Kristen dapat mengugah kembali pengikut kedua agama terbesar di Indonesia itu bahwa Islam dan Kristen dapat hidup berdampingan di bawah payung Pancasila dan Bhineka Tunggal Ika. Ant/Her/OL-01)