Hidayatullah.com–Perbaikan sistem ini diterapkan pemerintah Arab Saudi untuk pertama kalinya pada tahun lalu bagi jamaah haji dari Asia Tenggara. Kabarnya, pemerintah Arab Saudi telah menghabiskan dana 100 juta riyal Saudi untuk membangun sarana dan prasarananya, tetapi pagar pembatasnya malah diserobot jemaah sehingga menimbulkan kemacetan lalu-lintas. “Pada awalnya semua OK, tetapi malang pagar diterobos sehingga jalur yang mestinya diperuntukkan bagi jemaah Malaysia-Indonesia menjadi macet,” kata Dato’Seri Abdul Hamid bin Hj Zainal Abidin, menteri di jabatan Perdana Menteri Malaysia yang membidangi masalah agama dan haji, ketika menjawab wartawan di Jakarta, Jumat (11/7). Dia mengatakan bahwa Malaysia-Indonesia akan merundingkan masalah itu kemudian merumuskan beberapa usulan untuk diajukan ke pemerintah Arab Saudi guna perbaikan sistem tersebut. Sistem Taraduddi diterapkan untuk melancarkan arus jemaah haji Asia Tenggara seusai wukuf dari Arafah ke Muzdalifah untuk kemudian ke Mina. Tetapi dalam pelaksanaannya tahun lalu, sistem itu justru menuai kritik setelah sejumlah jemaah haji termasuk jemaah haji Malaysia dan Indonesia terperangkap dalam kemacetan lalu-lintas yang cukup parah di poros tersebut. Didampingi Menteri Agama Said Agil Husin Al Munawar, Dato’ Seri Abdul Hamid juga mengagumi penyelenggaraan ibadah haji Indonesia yang mampu mengorganisasi sekaligus 200 ribu jemaah. Malaysia sendiri, katanya, selama ini hanya memberangkatkan sekitar 23 ribu jemaah hajinya setiap tahun. Dari segi pelayanan dan biaya, lanjut dia, penyelenggaraan haji Malaysia-Indonesia tidak jauh berbeda. Sebagai contoh, Biaya Penyelenggaraan Ibadah Haji (BPIH) Indonesia tahun 2004 berkisar 2.575 sampai 2.775 dolar AS (tergantung zona calon haji), sedangkan Malaysia rata-rata 2.400 dolar AS (9.445 ringgit Malaysia). Angka BPIH Malaysia itu sudah termasuk biaya konsumsi selama di Arab Saudi, sementara BPIH Indonesia sudah mencakup living cost sebesar 1.500 riyal Saudi yang dibagikan kepada setiap jemaah menjelang keberangkatan ke Arab Saudi. Perbedaan mencolok, terletak dari komponen biaya pemondokan. Untuk biaya pemondokan, kata Dato’ Seri Abdul Hamid, jemaah Malaysia mengeluarkan dana sebesar 2.600 riyal Saudi. Sementara jemaah Indonesia, kata Menag Said Agil, hanya membayar sekitar 1.600 riyal Indonesia. Sebelumnya, Ketua Majelis Pengurus Pusat Rabithah Haji Indonesia (RHI), Ade Mahfuddin dan Wakil Sekjen RHI, Dudu Abdushomad, dalam dialognya dengan Fraksi Partai Golkar di Gedung DPR/MPR beberapa hari lalu menilai, penyelenggaraan haji telah menjadi ajang pesta pora bagi oknum yang rakus beragam kepentingan termasuk korupsi. (sk)