Hidayatullah.com–Perlakuan buruk masyarakat terhadap partai Golkar terbukti tak membuat pamor partai bergambar pohon beringin ini surut. Buktinya, meski berkali-kali disudutkan, hasilnya justru simpati. Ketua KIM Arief Budiman menyatakan bahwa pihaknya memutuskan untuk bergabung dengan Partai Golkar bukan untuk meraih kedudukan atau kekuasaan. “Langkah kami ini sebagai bagian dari usaha pembelajaran politik dalam struktur dan belajar strategi politik untuk kematangan berpikir dan bertindak,” katanya di kantor DPP Partai Golkar, Slipi, Jakarta, Kamis (24/7). Menurut dia, langkah tersebut merupakan terobosan politik dari mahasiswa dalam mengantisipasi perkembangan politik nasional, sekaligus sebagai wujud tinggal landas mahasiswa, setelah gerakan mahasiswa di tahun 1998 memperlihatkan wajahnya. “Kami ingin melakukan terobosan dalam rangka menjembatani hampanya hubungan rakyat dengan penguasa dari partai politik,” ujarnya. Adapun mahasiswa yang tergabung dalam KIM ini antara lain Universitas Pancasila, Universitas Indonesia, Universitas Atmajaya, Universitas Muhammadiyah Jakarta, Universitas Bung Karno, Universitas Nasional dan lain-lain. Sebelumnya, KIM ini bernama Forum Kajian Intelektual Muda. Ketika menyatakan diri bergabung dengan Partai Golkar, KIM diterima langsung oleh Ketua Umum DPP Partai Golkar Akbar Tandjung, Sekjen Budi Harsono, aktivis mahasiswa tahun 1966 Abdul Gafur, Aulia Rachman, Burhan Magenda, Andi Fachry Laluasa dan Ali Yahya. Ketika ditanya kenapa memilih Partai Golkar, Arief Budiman menegaskan bahwa Partai Golkar adalah partai modern yang terbuka, selain memiliki infrastruktur politik dan sumber daya manusia yang andal. Lanjut dia, dari hasil kajian tentang konstelasi politik nasional, Partai Golkar adalah partai paling kuat dari banyak perspektif, sehingga potensial untuk bisa berbuat banyak bagi bangsa dan negara. “Kalau kita bergabung dengan partai-partai baru, jangankan untuk berpikir tentang politik kebangsaan. Paling-paling kita sibut mengurusi bagaimana membentuk pengurus di wilayah-wilayah,” ujarnya. Dia juga menekankan, diakui atau tidak, mahasiswa adalah generasi yang akan menjadi harapan bangsa di masa depan. Karena itu, lanjut dia, mahasiswa harus ikut serta dalam politik supaya mengerti politik. Namun demikian, tandas dia, politik yang akan dijalaninya adalah bukan politik kekuasaan, yaitu politik untuk meraih kekuasaan melainkan politik partisipasi. “Soal konvensi misalnya, kita akan sosialisasikan tanpa harus memilih salah satu calon presiden,” ujarnya. Menjawab soal resistensi mahasiswa terhadap Partai Golkar, Arief Budiman mengatakan pihaknya menghormati sikap tersebut, tapi dia juga meminta siapapun harus menghormati sikapnya yang memilih masuk Partai Golkar. (sk)