Hidayatullah.com– Dunia travel kembali tercoreng, kali ini viral di media sosial lantaran seseorang berinisial EA yang mengaku sebagai tour leader meninggalkan lima turis asal Indonesia di Maroko saat akan menyeberang ke Spanyol.
Indonesian Islamic Travel Communication Forum (IITCF) mengungkapkan, informasi ini bermula dari unggahan di Facebook Kusnadi El Gezwa, mahasiswa sekaligus tour leader dan pemandu wisata di Maroko.
“Hari ini ada lima orang yang tengah kebingungan lantaran ditinggal pergi sama tour leader-nya. Menurut info yang kami dapatkan dari korban, semua perjalanan mulai dari itinerary, hotel, dan transportasi di-handle oleh tour leader-nya,” tulis Kusnadi di akun Facebooknya.
Menyikapi ulah tour leader yang tidak profesional sehingga merugikan peserta tur dan nama baik travel di Indonesia, Chairman IITCF Priyadi Abadi mengimbau agar calon peserta tur untuk lebih berhati-hati dan memilih travel yang berizin dan bukan asal murah saja yang saat ini menjamur dengan nama open trip.
Bukan saja berizin, tambah Priyadi, tapi juga memiliki track record yang baik dalam menjalankan tugas dan fungsinya sebagai perusahaan pelayanan jasa pariwisata.
“Kasus yang menimpa wisatawan Indonesia di Maroko yang ditinggal ‘tour leader’-nya menjadi pekerjaan rumah IITCF untuk tak menyerah mengedukasi masyarakat dalam smart berwisata,” jelasnya langsung dari Seoul, Korea Selatan kemarin lewat rilis diterima hidayatullah.com, Rabu (18/07/2018).
Priyadi mengatakan, program open trip memang murah tapi dibanding paket wisata dari biro perjalanan wisata, tapi memiliki resiko sangat besar.
”Karena bila terjadi sesuatu permasalahan diperjalanan seperti ini, maka peserta tour akan sulit melacaknya dikarenakan penyelenggara open trip tidak mempunyai izin Biro Perjalanan Wisata (BPW) dan juga pastinya tidak tergabung dalam salah satu asosiasi travel yang ada,” ujarnya.
Priyadi yang sudah berpengalaman lebih dari 25 tahun di dunia pariwisata mancanegara ini menjelaskan, untuk menjadi tour leader pun harus mempunyai keahlian kecakapan dalam menjalankan tugasnya. Pun, ada SOP serta sertifikasinya, tidak bisa ketika seseorang karena pernah keluar negeri lalu mengaku sebagai tour leader.
“Menjadi tour leader ada sekolahnya sebagaimana seorang dokter, meskipun banyak juga yang belajar dari tempat dimana dia pernah bekerja pada sebuah travel, karena profesi tour leader adalah profesi kelas dunia,” paparnya.
Ia mengimbau kasus penelantaran wisatawan di Maroko itu hendaknya semakin menyadarkan masyarakat untuk lebih berhati-hati dengan iming-iming harga murah paket tur. Baik itu perjalanan umrah maupun wisata mancanegara lainnya.
“Masyarakat yang ingin melaksanakan perjalanan wisata agar memilih travel agen resmi yang berizin serta bekerja sama dengan tour leader yang berpengalaman dan profesional,” papar Direktur Utama salah satu perusahaan bisnis travel ini.
Sebelumnya diwartakan, kelompok turis asal Indonesia ditinggal oleh tour leader di Maroko saat ingin menyeberang ke Spanyol. Informasi ini bermula dari Facebook Kusnadi El Gezwa, mahasiswa sekaligus tour leader dan pemandu wisata di Maroko.
Beberapa waktu lalu lalu, tuturnya, ada lima orang yang tengah kebingungan lantaran ditinggal pergi sama tour leader-nya. Menurut info yang dia dapatkan dari korban, semua perjalanan mulai dari itinerary, hotel, dan transportasi di-handle oleh tour leader-nya.
“Entah kenapa, setelah melakukan perjalanan selama 4 hari di Maroko kemudian ketika ingin melanjutkan perjalanan menuju Tarifa (Spanyol) dengan menggunakan ferry tiba-tiba tour leader-nya menghilang. Nomer kontaknya tidak bisa dihubungi lagi, sementara tamunya sudah menunggu lama di pelabuhan,” tulis Kusnadi di akun Facebooknya, Kamis (11/07/2018).
Tour leader adalah orang yang menggiring dan menjadi penanggung jawab rombongan turis. Terkadang tour leader bisa menjadi pemandu turis saat berwisata.
Saat dikonfirmasi media, Sabtu (14/07/2018), via Whatsapp, Kusnadi menjelaskan kejadian yang menimpa kelompok turis Indonesia itu terjadi pada Selasa (10/07/2018).
“Tamu ini datang di Marrakech-Maroko tanggal 7 Juli, mereka kemudian menginap di Marrakech. Pada tanggal delapan, dari Marrakech menuju Casablanca-Rabat, pada tanggal sembilan dari Rabat ke Chefchaoen. Kejadiannya tanggal 10 Juli, pas mau menyeberang ke Tarifa (Spanyol), tour leader-nya menghilang,” jelas Kusnadi kutip Kompas Travel.
Dubes RI untuk Maroko menegaskan 5 WNI yang ditelantarkan tour leader sudah pulang ke Indonesia. Baru kali ini ada kasus turis ditinggal tour leader di Maroko.
“Sekarang sudah pulang ke Indonesia lewat Istanbul. Kita selalu berkomunikasi, pas di Istanbul juga mereka kontak,” ujar Dubes RI untuk Maroko ED Syarief Syamsuri kutip detikTravel, Sabtu (14/07/2018).
Sementara itu, tour leader yang meninggalkan turis WNI di Maroko mengaku habis diculik. Apakah ceritanya bisa dipercaya?
Setelah tidak bisa dihubungi selama beberapa hari, tour leader Erwin Aprianto akhirnya bisa ditelepon, Ahad (15/07/2018). Erwin mengaku habis diculik.
Setelah menghilang lalu muncul dan mengaku habis diculik, Erwin ada di KBRI Rabat, Maroko.
“WNI atas nama Erwin Aprianto datang ke KBRI melapor soal kondisinya dan kita perlakukan sesuai kondisi untuk perlindungan WNI. Dia bilang mengalami kejadian-kejadian yang sekarang ini kita tangani,” kata Penerangan Sosial Budaya KBRI Rabat Hanung Nugraha kutip media itu, Senin (16/07/2018).
Kepulangan Erwin ke Indonesia belum dipastikan. Wakil Ketua Himpunan Pramuwisata Indonesia (HPI) DPD DKI Jakarta, Reyhan A Pattiwael, menyebut kalau tour leader bernama Erwin Aprianto tidak tergabung dalam organisasi HPI.* (Update, Rabu [18/07/2018] pukul 09.57 WIB)