Hidayatullah.com–Wakil Ketua PP Muhammadiyah Din Syamsudin mengingatkan aparat kepolisian agar tidak tergesa-gesa mengeluarkan pernyataan bahwa para tersangka pelaku peledakan bom di Hotel JW Marriott, Selasa (5/8) lalu, terkait dengan organisasi keislaman, sebelum mengungkap secara pasti siapa pelakunya. “Tugas Polri adalah bekerja mengungkap kasus itu, bukan mengeluarkan pernyataan-pernyataan yang bisa membuat resah kalangan umat Islam,” kata Din yang juga Sekretaris Umum MUI Pusat di Jakarta, Jumat. Ia menegaskan bahwa Jamaah Islamiyah (JI) merupakan skenario Amerika Serikat untuk membasmi tokoh-tokoh Islam. Sementara itu, secara terpisah pengamat Intelijen Dr AC Manullang ketika dimintai komentarnya mengatakan, bukan tidak mungkin aparat kepolisian mampu mengungkap kasus bom Marriott seperti halnya kasus bom Bali. Namun, ia maragukan polisi mampu mengungkap siapa aktor intelektual di balik pengeboman itu. Menurut dia, biasanya polisi hanya mampu mengungkap pelaksana di lapangan saja. Mengenai bom Marriott, Manullang mengatakan, walau bagaimana pun bom itu bukan dibuat dengan tiba-tiba, tetapi sudah direncanakan matang dan sistematis, baik dalam hal pemilihan waktu (timing), penerapan iptek, dan sasarannya. “Mereka telah berhasil mencapai targetnya, yaitu kala orang terkonsentrasi pada pengamanan Gedung MPR/DPR, tetapi mereka meledakkan bom di Marriott. Ini kan luar biasa,” katanya. Ia menilai, kinerja intelijen masih lemah, karena seharusnya intelijen sudah bisa mendeteksi setiap tindakan yang ada. AC Manullang menilai, berbagai peristiwa peledakan bom di Jakarta yang terjadi beberapa waktu lalu dan terakhir di Hotel JW Marriott, sebenarnya diarahkan pada kepemimpinan Presiden Megawati. Dikatakannya, berdasarkan data intelijen rentenan bom mulai dari Mabes Polri, kawasan Industri Bekasi, Jl Wahid Hasyim belakang Kantor PBB, Bandara Soekarno-Hatta dan Gedung DPR, dilakukan untuk menunjukkan kepada dunia internasional bahwa Presiden Megawati tidak mampu memberi rasa aman di negeri kita. “Bom itu dari konspirasi internasional, selama konflik elit tidak berhenti antara Megawati dengan DPR, serta konflik yang menggunakan agama Islam untuk kepentingan merebut kekuasaan,” katanya. Seolah-olah JI Menanggapi bom Marriott, AC Manullang mensinyalir, peristiwa itu akan dihubungkan dengan peristiwa lain sehingga seolah-olah dilakukan oleh JI. Beberapa waktu lalu, katanya, Al Jamirie yang mengaku sebagai orang kedua Osama Bin Laden menunjukkan suaranya di TV Al Arabia, Dubai. Di situ Al Jamirie menyatakan kepada AS dan seluruh negara-negara yang membantu AS, jika mengorbankan darah orang muslim akan dibalas dengan kekerasan. “Ini disiarkan luas di AS. Itu sama halnya dengan yang dilakukan Osama, mengancam AS dan sekutunya untuk balas dendam. Bom Marriott dikaitkan dengan akan dihukum matinya Amrozi. Ini satu hal yang luar biasa, operasi intelijen internasional,” katanya. Mereka, katanya, telah berhasil membentuk opini masyarakat di Indonesia, termasuk dunia Internasional, bahwa Islam identik dengan teroris. “Bom Marriott pasti akan dikatakan perbuatan kelompok JI dan polisi akan membuktikan hal itu,” katanya. Menurut dia, hal itu terbalik, karena seharusnya intelijen tidak bisa memberi bukti, tetapi tugas intelijen adalah memprediksi dan mencegah jangan sampai peristiwa itu terjadi dulu. Oleh karena itu, ia menyarankan kepada TNI, khususnya AD untuk memainkan peran dengan membentuk pleton intelijen di setiap Kodam dan Kodim di seluruh Indonesia untuk melakukan tugas-tugas intelijen dalam rangka menangkal aksi-aksi terorisme berkembang lebih jauh di Indonesia. “Sekarang ini bukan lagi polisi yang mesti menangani aksi terorisme tersebut, tetapi TNI-lah yang seharusnya mengemban tugas itu,” katanya. [Ant]