Karangan Khas: Hari Jum?at pekan lalu, cuaca Jakarta cerah di halaman parkir Rumah Tahanan Salemba. Seperti LP Cipinang, bagunan ini nampak semakin galak dengan pagar besi setinggi 4 meter yang baru saja dibangun di sekelilingnya, lengkap dengan kawat berduri ala militer di atasnya. Tepat pukul 10 pagi pintu tebal yang lebarnya lebih tiga kali meja ping-pong itu terbuka sedikit. Seorang pria berseragam olah raga bersepatu lars menyambut. Petugas itu keningnya hitam ada bekas sujud. Di dagunya ada sedikit jenggot. Di dada kanannya tertulis ?Pol Sus Pas? (Polisi Khusus Lembaga Pemasyarakatan). Kepada petugas itu, Dr Joserizal Jurnalis dari MER-C dan saudara Farhat relawan senior Front Pembela Islam (FPI) menjelaskan kedatangannya hendak menjenguk dua ulama yang sedang dipenjara oleh rezim Megawati. Ustadz Abu Bakar Ba?asyir dan Habib Rizieq Shihab. KTP harus ditinggal di pos jaga. Setelah melewati sebuah pintu besi kedua, pengunjung sudah berada di teras tamu yang tidak berdinding. Kursi-kursi memanjang. Walaupun sudah waktunya bezuk, masih sedikit yang datang. Dr Jose dan Farhat diantar ke sebuah ruang ber-AC yang cukup nyaman, meskipun agak sempit. Di ruang Bantuan Hukum dan Penyuluhan Tahanan inilah kedua ulama itu akan menerima tamu. Seperangkat sofa sederhana ditambah beberapa kursi yang biasa ada di gedung-gedung perhelatan ada di situ. Seorang petugas wanita duduk menonton teve. Sesekali ia membaca koran. Segar dan wangi Sekitar 10 menit kemudian, datanglah yang ditunggu-tunggu, Habib Rizieq menyapa dengan keakraban Betawinya yang khas. ?Ahlan wa sahlan, ke mana aja ente Dokter?!? Ia mengenakan gamis dan sorban putih, serta jas panjang berwarna ungu muda yang cerah. Wajahnya nampak segar, dan wangi. Kumis dan jenggotnya tercukur rapi. Rupanya sudah bersiap shalat Jum?at. Beberapa detik kemudian Ustadz Abu juga muncul. Senyumnya mengembang. Pakaian yang dikenakannya persis sama seperti ketika ia dibawa paksa oleh aparat dari kamar RS PKU Muhammadiyah, Surakarta. Topi haji, sorban tipis yang diselempangkan di leher, baju koko semuanya putih, dilengkapi sarung kotak-kotak cokelat muda dan hijau. Setelah berpelukan dan bertukar salam, semua duduk berdekat-dekatan. Obrolan mengalir lancar seperti bukan dalam penjara. Suara Habib Rizieq tetap menggelegar akrab. Seakan-akan dia sedang menerima tamu sambil duduk lesehan di teras rumahnya di Petamburan. Habib menepuk-nepuk kaki Dr Jose, dokter yang rajin menolong korbang perang itu. ?Sabar ya, Dokter, MER-C sedang difitnah? Sabar..? Sambil tersenyum. Bukannya yang datang menghibur yang dipenjara, malah mereka yang menyabar-nyabarkan yang di luar penjara. Atmosfir kesedihan dan kesusahan sama sekali tidak terasa di ruangan di mana ada dua ulama sedang direnggut kebebasannya itu. MER-C (Medical Emergency Rescue Committee) lembaga Dr Jose memang sedang dapat ujian. Firdaus Azzam, salah seorang relawannya baru saja ditangkap dan dipenjara oleh aparat keamanan selama sebulan lebih. Tuduhannya membawa senjata api ilegal, tetapi saat ditangkap ba?da subuh sekitar sebulan yang lalu, tidak satu butir peluru pun ditemukan aparat yang menggeledah rumahnya. Apa lacur, Azzam tetap dibawa entah ke mana, sampai beberapa hari kemudian kawan-kawan MER-C menemukannya di Polda Metro Jaya. Menurut Zainudin Paru, pengacara PAHAM (Pusat Advokasi Hukum dan HAM) yang mendampinginya, Azzam sudah ditahan sejak sebelum ledakan bom di hotel Marriott. Namun kliennya itu mengaku digebuki sampai babak-belur, dipaksa agar mengakui kaitannya dengan pemboman yang membunuh 10 orang dan ratusan orang luka itu. Azzam kini sudah dilepas, wajib lapor tiap Senin dan Kamis. Dr Jose dan kawan-kawan yakin pria asal Ternate itu ditangkap karena kegiatannya berjihad membela Muslimin yang beberapa tahun lalu tertindas di Halmahera, Ambon, dan Poso. Azzam yang berperawakan kecil itu mengaku pernah ikut berjihad selama 5 tahun di Afghanistan melawan Uni Soviet. Kabarnya ia sempat pula mengaji pada almarhum Syeikh Abdullah Azzam, tokoh yang oleh majalah TIME disebut paling bertanggung jawab membangkitkan jihad di abad ke-20. Ketika MER-C mengirimkan tim medisnya ke Afghanistan, Azzam jadi penunjuk jalannya. Pesantren penjara Dr Jose senyum-senyum saja dihibur Habib Rizieq yang menceritakan betapa banyaknya hikmah mereka dipenjara. Diantaranya mereka bisa membina para tahanan dan narapidana. Setiap pekan, Ustadz Abu dan Habib mengadakan empat kali majelis ta?lim. ?Kalau kumpul semua, yang ada di absensi kita jumlahnya 600 orang,? katanya penuh semangat. Pembinaan itu langsung berhasil nyata. Puluhan napi binaan mereka berdua beberapa waktu lalu dipindang ke LP Tangerang. Eh, dua pekan yang lalu Walikota Tangerang dan Kepala LP-nya meresmikan lingkungan penjara itu sebagai Pesantren At-Tawwabiin (Pesantren Orang-orang yang Bertaubat). ?Pak Arif, masak Rutan Salemba kalah nih sama LP Tangerang?! Hehe.. padahal biang pengajiannya ada di sini..? Habib menggoda Arif Gunawan, SH, Kepala Bagian Bantuan Hukum/Penyuluhan Tahanan, pemilik ruangan itu. Yang digoda senyum-senyum saja di mejanya, sambil sibuk membaca sebuah dokumen. Beberapa saat kemudian, ia mendekati Ustadz Abu, meminta ulama ini membubuhkan tanda tangan di sebuah sampul kaset ceramahnya berjudul ?Dienul Islam?. Seperti seorang penggemar meminta otograf artis kesayangan. ?Wah, nanti sampeyan dituduh temannya teroris lho, Pak,? Ustadz Abu menggoda lagi. Yang digoda senyum-senyum salah tingkah. ?Nggak apa-apa, Pak,? katanya. Tawapun berderai memenuhi ruangan itu. Habib dengan logat Betawi menceritakan jama?ah pengajiannya ?yang macem-macem aje?. ?Ada yang nanya begini. Habib, saya ngebunuh orang, ini temen saya merkosa terus ngebunuh. Dosanye gedean mana, Bib?!? Kontan gelak tawa makin riuh rendah memenuhi ruangan. Ustadz Abu dengan logat Solonya yang halus menimpali, ?Saya juga ditanya. Ustadz, saya membunuh, ini kawan saya juga membunuh, pasal yang dipakai sama, kok vonisnya lebih berat saya, Ustadz?! Ini bagaimana?? ?Saya bilang, ini bukan soal fiqh. Mungkin duit kamu yang untuk jaksa kurang.? Kami terkekeh-kekeh. Umar Baraja, adik ipar Ustadz Abu sampai keluar air mata menahan geli. Karena merasa tidak percaya lagi pada sistem peradilan Indonesia, Habib Rizieq menolak surat penahanan, menolak tuduhan jaksa, menolak vonis hakim 7 bulan penjara atas tuduhan dirinya melakukan penghasutan sehingga massa FPI melakukan perusakan tempat-tempat maksiat judi narkoba dan prostitusi, serta menolak melakukan banding. ?Saya menandatangani semua surat-surat penolakan atas dasar pemikiran hukum ini zhalim,? kata Habib. Lucunya, kata pria yang awet muda ini, jaksa ikut membubuhkan tanda tangan. ?Jadi, secara tidak langsung jaksa mengiyakan hukum ini zhalim.? Habib terkekeh. Insya Allah dalam waktu sebulan ini ia sudah bisa keluar dari Salemba. Mubahalah Suasana jadi agak serius ketika Ustadz Abu menceritakan pengalamannya. Begitu Jaksa Penuntut Umum Hasan Madani selesai membacakan tuntutan 15 tahun penjara atas dirinya, ia langsung mengatakan, ?Di dunia dan di akhirat, demi Allah, saya yakin saya berada di pihak yang benar, dan jaksa, hakim di pihak yang bathil. Kalau perlu hari ini juga kita mubahalah.? Mubahalah adalah gentlement agreement antara dua orang yang berselisih karena persoalan prinsip, dengan meminta Allah melaknat salah seorang yang dianggap bersalah. Beberapa saat sesudah jaksa membacakan tuntutan, Radio Elshinta sempat mewawancarai Ustadz Abu. Ditanya komentarnya terhadap vonis mati atas Amrozi dan kawan-kawan, Ustadz Abu menjawab, ?Kalau sebelum membom mereka bertanya kepada saya, tentu saya akan melarang. Saya tidak setuju tindakan itu. Tetapi kalau mereka tetap melakukannya, itu ijtihad mereka, sepenuhnya tanggung jawab mereka.? Ditanya tentang banyaknya alumni Pesantren Al-Mukmin Ngruki yang jadi tersangka kasus terorisme, kakek berusia 66 tahun ini menjawab, ?Imam Samudera itu di Ngruki hanya sebentar. Sebelumnya, selama 3 tahun dia sekolah di madrasah aliyah. Kenapa itu tidak disebut madrasah teroris? Ini logika apa?? Ditanya tentang tuntutan 15 tahun penjara atas dirinya, ia menjawab, ?Bagaimanapun saya pasti akan dipenjara, sebab ini pengadilan sandiwara, sudah dipesan oleh Amerika.? Pertama, jaksa menganggap Ba’asyir terbukti sebagai pemimpin dan pengatur makar untuk menggulingkan pemerintahan yang sah (Pasal 107 ayat 2 KUHP). Kedua, Ba’asyir dianggap terbukti menyuruh memasukkan keterangan palsu ke dalam akta autentik dalam pembuatan kartu tanda penduduk (KTP) Desa Cemani Sukoharjo Jawa Tengah (Pasal 266 ayat 1 KUHP). Ketiga, Ba’asyir dianggap terbukti membuat surat palsu (Pasal 263 ayat 1 KUHP) dalam kasus membuat pernyataan tidak pernah pindah dari Desa Cemani Sukoharjo. Keempat, Ba’asyir dianggap terbukti sebagai orang asing yang berada di wilayah Indonesia (Pasal 53 UU Nomor 9/1992 tentang Keimigrasian). Dengan kata lain, tidak satu pun pasal tentang terorisme dikenakan atas dirinya. Dari belasan saksi yang dihadirkan ke pengadilan Ba?asyir, semuanya meringankan. Sedangkan tiga saksi Faiz Abu Bakar Bafana, Jafar Mistooki dan Hashim bin Abas Bafana memberatkan. Ketiganya memberi kesaksian melalui telekonferensi Singapura-Jakarta, karena ketiganya berada di bawah tahanan aparat Singapura. Pesan-pesan Dua jam hampir tak terasa, waktu shalat Jum?at sudah dekat, waktu bezuk pun habis. Apakah ada pesan yang hendak disampaikan Ustadz Abu dan Habib kepada ummat Islam Indonesia? Ustadz Abu menyampaikan, ?Jangan sekali-sekali melakukan sesuatu, atau tidak melakukan sesuatu atas dasar rasa takut pada manusia. Pilihan hidup yang sebentar di dunia ini hanya satu dari dua kebaikan (ihdal husnayain), hidup mulia atau mati syahid seperti di dalam surat At-Taubah ayat 52. Katakan pada musuh-musuh Islam itu, kita lihat nanti siapa yang benar diantara kita.? Habib Rizieq, mengutip hikmah dari sebuah buku yang sedang dibacanya. Judulnya ?Tabshirul Mu?minin bi Fiqhin Nashri wat Tamqiin fiil Qur?anul Kariim? karya Dr Ali Muhammad Muhammad Ash-Shalabi. ?Di dalam buku itu dijelaskan bahwa Allah menjamin semua Nabi dan Rasul berada dalam bimbingan-Nya. Termasuk Zakariya dan Yahya ?Alaihi wa sallama yang mati dibunuh kaumnya. Penulisnya mengingatkan, jangan sampai sekelompok Mu?min mencela kelompok Mu?min lainnya yang sedang tertindas. Seolah-olah kalau ada orang yang dipenjara itu berarti strategi da?wahnya salah dan gagal, sedangkan mereka yang tidak diapa-apakan oleh musuh itu yang strateginya benar.? Pelukan hangat dan jabatan erat dari kedua ulama itu melepas Dr Jose, Farhat, dan Umar Baraja. ?Hari ini, saya giliran khutbah Jum?at,? kata Ustadz Abu. Setelah melambaikan tangan ia menghilang di balik pintu besi lapis ketiga, mengikuti Habib yang lebih dulu masuk. Hari ini vonis atas dirinya dijatuhkan majelis hakim. (wpr)