Selasa, 4 Oktober 2005
Hidayatullah.com–Menteri Agama Maftuh Basyuni lewat Surat Keputusannya No. 495, menetapkan tanggal 1 Ramadhan 1426 H, yang juga tanda dimulainya awal puasa, jatuh pada Rabu (5/10). Keputusan itu diambil setelah diadakan Sidang Itsbat, Senin malam (3/10), di Operation Room Departemen Agama.
Keputusan tertuang dalam Keputusan Menag No.495 tahun 2005 tentang penetapan 1 Ramadhan 1426 yang menyatakan ijtima’ akhir Sya’ban 1426 H terjadi pada Senin (3/10), bertepatan dengan 29 Sya’ban 1426 H pukul 17:28.
Sidang Itsbat Penetapan 1 Ramadhan itu dipimpin Menag Maftuh Basyuni dihadiri Dirjen Bimas Islam dan Penyelenggaraan Haji Depag Slamet Riyanto, Ketua MUI Umar Shihab, pimpinan Komisi VIII DPR, pimpinan Ormas Islam serta duta besar negara sahabat.
Beberapa organisasi Islam yang hadir adalah seperti Nahdlatul Ulama, Muhammadiyah, Persatuan Islam, Dewan Dakwah, dan beberapa organisasi lain.
Sebelumnya, Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, berdasarkan perhitungan hisab hakiki yang dilakukan Majelis Tarjih dan Tajdid, sudah menetapkan awal Ramadhan 1426 H pada 5 Oktober 2005.
"Muhammadiyah juga menetapkan Hari Raya Idul Fitri 1426 H jatuh pada 3 November 2005," kata Ketua Umum PP Muhammadiyah HM Din Syamsuddin didampingi Sekretaris Umum HA Rosyad Saleh di Yogyakarta, Senin.
Selain itu turut hadir beberapa lembaga yang berkaitan dengan masalah astronomi, seperti Badan Metereologi dan Geofisika, Lapan, Boscha ITB, Bakosurtanal, serta Planetarum dan Observatorium.
Dalam sidang tersebut, Ketua Badan Hisab dan Rukyat Departemen Agama, Muzakir, menyampaikan bahwa menurut laporan, beberapa petugas rukyat Departemen Agama di berbagai daerah menyatakan, akhir bulan Sya’ban jatuh pada Senin (3/10) pukul 17.28 WIB. Namun dari 19 laporan dari berbagai daerah itu, umumnya tidak melihat hilal awal Ramadhan 1426 H.
"Maka Badan Hisab dan Rukyat sepakat menyatakan tanggal 1 Ramadhan jatuh pada hari Rabu (5/10)," papar Muzakir saat membacakan Keputusan Menteri Agama.
Maftuh Basyuni menambahkan, bahwa pada 29 Sya’ban yang bertepatan dengan tanggal 3 Oktober 2005, hilal tidak berhasil dirukyat. "Untuk itu bulan Sya’ban harus distimalkan menjadi 30 hari," paparnya
Ketua Lajnah dan Falaqiyah Pengurus Besar NU, Ahmad Ghazali Masruri, dalam sidang itu menyatakan bahwa pihaknya sudah melakukan pemantauan pada 10 tempat di Jawa Timur dan 8 tempat di Jawa Tengah serta Yogyakarta.
Hasilnya tidak terlihat gerakan bulan dan matahari. "Untuk itu kami memutuskan bahwa 1 Ramadhan jatuh pada Rabu (5/10). Artinya kami mendukung keputusan pemerintah," ujarnya.
Nah, hampir bisa dipastika, mayoritas umat Islam serentak memulai Ramadhan hari Rabu besuk. (ant/ti/hid/cha)