Hidayatullah.com–Umat Islam merupakan penduduk mayoritas di negeri ini. Hampir 85 persen dari 220 juta jiwa penduduk Indonesia adalah beragama Islam. Kemerdekaan Indonesia juga diakui banyak kalangan sebagai buah dari perjuangan dari umat Islam.
Akan tetapi, peran umat Islam dalam perjalanan bangsa Indonesia, khususnya yang berhubungan dengan pemerintahan, belum menunjukkan hasil yang maksimal. Umat Islam lebih banyak menjadi penonton daripada pemain.
Dinamika umat Islam di Indonesia sangat beragam. Terkadang maju, sebaliknya juga pernah mundur, jelas Sejarahwan Dr Anhar Gonggong, saat menjadi pembicara seminar Peran Umat Islam dalam Perjalanan Bangsa, pada acara Konferensi Mahasiswa Muslim di Kampus UI, Depok, kemarin. Kegiatan ini dihadiri oleh ratusan mahasiswa muslim yang tergabung dalam organisasi Lembaga Dakwah Kampus (LDK) se-Indonesia.
Menurut Dr Anhwar, dalam praktiknya umat Islam pernah melakukan pemberontakan terhadap negara di berbagai daerah. Akan tetapi, dia juga mengakui bahwa umat Islam pernah juga bersatu, khususnya di parlemen. Pada masa Mohammad Natsir, umat Islam bersatu dan mempunyai kekuatan di parlemen, ungkapnya. Umat Islam cukup mewarnai pada waktu itu.
Akan tetapi secara umum, lanjutnya, umat Islam tidak pernah bersatu dan mempunyai kekuatan yang kuat. Hal ini dia buktikan pada saat pelaksanaan pemilu tahun ini, umat Islam mempunyai pilihan politik yang beragam. Persoalannya bagaimana membuat umat Islam menyatukan kekuatannya dan membuat visi bersama.
Dalam pengamatan Dr Anhar, sampai sekarang kedua hal tersebut belum ada wujudnya. Sepanjang hal itu belum mewujud, persatuan di antara umat tidak akan tercapai.
Menurutnya, ada dua faktor utama kenapa umat Islam sulit bersatu. Perbedaan tafsiran terhadap ajaran Islam itu sendiri dan ego masing-masing di antara para pemimpin umat Islam, jelasnya.
Ketika ditanya apakah ada harapan umat Islam akan bersatu di masa yang akan mendatang, Dr Anhar menjawab bahwa ini sangat tergantung kepada para pemimpinnya. Maukah para pemimpin umat Islam lebih mementingkan kemajuan umat daripada mengikuti ego pribadi.
Sementara khusus kepada para mahasiswa muslim yang hadir, Dr Anhar berpesan untuk terus belajar dan berjuang. Belajar tanpa berjuang tidak ada gunanya. “Karena Ilmu bukan hanya untuk diri sendiri, tapi juga untuk orang lain,” terangnya.
Sementara itu dia menjelaskan, berjuang tanpa belajar juga tidak akan ada gunanya. “Perjuangan adalah alat untuk kepentingan bersama dalam mengubah masa depan ke arah yang lebih baik,” katanya mengharapkan. [pel/hidayatullah.com]