Hidayatullah.com–Wanita dijadikan umpan untuk melobi di bidang politik, bisnis, dan bidang lainnya, sudah bukan menjadi rahasia umum. Mereka (para pelobi) menawarkan pelayanan seks dengan menawarkan seorang wanita kepada yang akan dilobinya.
Menanggapi mengenai masalah tersebut, pengamat politik Universitas Indonesia Arbi Sanit mengakui ada kecenderungan seperti itu dengan menggunakan wanita sebagai alat lobi.
“Itu tidak hanya terjadi di bidang politik, tapi juga bidang lainnya seperti ekonomi, bisnis, dan yang lainnya,” tutur Arbi, di Jakarta, Selasa (25/5).
Ia mengatakan, penggunaan wanita bagian dari suap dan bentuk kejahatan korupsi dan itu terjadi tidak saja pada era modern sekarang ini, tapi juga sejak zaman dulu yang menggunakan wanita untuk memudahkan atau melancarkan urusan.
Perbuatan itu bagian dari pelanggaran moral karena seharusnya dalam bidang apapun tetap memegang etika dalam segala urusan.
“Tidak melakukan suap, korupsi, kolusi dan nepotisme, termasuk tidak menggunakan wanita sebagai alat suap,” papar dia.
Ia menambahkan, penggunaan wanita sebagai alat suap sama artinya mendiskriminasikan jender, artinya wanita hanya dijadikan alat untuk melancarkan segala urusan.
“Seringkali wanita dijadikan sebagai hadiah. Cara seperti ini seharusnya dihentikan,” jelasnya.
Dia mengkhawatirkan, kalau cara suap dengan menggunakan wanita terus dilakukan maka keputusan yang akan diambil tidak obyektif lagi, baik keputusan politik maupun keputusan bisnis, sehingga yang akan dirugikan masyarakat.
“Dan anehnya dalam praktiknya kadangkala si wanita tidak tahu kalau dia dijadikan alat suap. Praktik suap dengan menggunakan wanita memang sudah menjadi tradisi dalam bidang apapun,” tuturnya. [pko/hidayatullah.com]
Ilustrasi:Thomas Tolstrup/cultura/Corbis