Hidayatulla.com–Dauroh Sehari bertema “Feminisme dalam Timbangan Islam,” berlangsung semarak. Acara yang dilangsungkan Kamis, (17/6) hari ini di Masjid Universitas Indonesia (UI), diorganisasi oleh DISC Masjid UI dan INSISTS.
Dalam mukaddimahnya, Direktur INSISTS Dr Hamid Fahmy menyarankan agar umat Islam hati-hati terhadap pemikiran-pemikiran yang berkembang di dunia saat ini.
“Banyak pemikiran yang dianggap biasa-biasa saja, padahal sangat destruktif terhadap Islam dan ia bisa mengubah cara berfikir seseorang,” terang pimpinan Program Kader Ulama Pesantren Gontor ini.
Hamid mengutip pendapat Faucault yang menyatakan bahwa orang akan terjajah bila wacananya terjajah.
Saat ini umat Islam, menurut Hamid, diprovokasi untuk mengikuti paham gender, menjadi pluralis-demokratis, menganut paham: daripada menjadi relijius tidak manusiawi, lebih baik tidak relijius manusiawi dan sejenisnya.
Begitu juga disodorkan ide-ide tidak wajibnya wanita berjilbab dan hubungan laki-laki perempuan tanpa nikah adalah sebuah kebaikan. “Padahal perbuatan seks (tanpa nikah) itu dalam Islam adalah menzalimi diri sendiri,” paparnya.
Melihat tantangan Islam yang besar ini, Dr Hamid menyarankan agar umat Islam selain belajar ilmu-ilmu Islam juga belajar ilmu-ilmu Barat. Tentu ia harus memakai pandangan Islam, ketika meneropong ilmu-ilmu Barat. Sedangkan orang yang selama ini belajar ilmu-ilmu umum, ia harus belajar serius ilmu-ilmu Islam. Sehingga nantinya dirinya mempunyai pemahaman yang benar dan utuh.
“Karena kebenaran Islam itu bisa dibuktikan secara kronologis (riwayat) maupun akademis. Meskipun ada orang-orang yang menyerang Al Qur’an dalam periwayatan,” terangnya.
Tantangan yang cukup besar juga dihadapi wanita-wanita Islam saat ini. Karena, kajian-kajian gender marak di universitas-universitas. Kini aktivis feminisme, bukan hanya menolak konsep Islam bahwa wanita adalah ‘ibu (pembina) rumah tangga,’ tapi juga menolak ide rumah tangga atau keluarga.
“Dikembangkan konsep sosialis bahwa rumah tangga adalah penindasan, laki-laki dianggap kaum borjuis dan perempuan adalah kaum proletar,” tegas Dr Hamid.
Acara dauroh feminism ini berlangsung dari pagi sampai sore di ruang kuliah Masjid Universitas Indonesia. Yang menyampaikan materi adalah kader-kader yang telah dididik secara serius di Pesantren Gontor dalam Program Kader Ulama CIOS-ISID Gontor.
Materinya adalah: Kritik terhadap Institusi Keluarga Perspektif Feminisme (A Abdulloh Khuseini), Konsep Keserasian Gender dalam al Qur’an (Muhammad Haekal Hakim), Poligami dalam Pandangan Kaum Liberal dan Ulama (Abdul Rphman Shobari), Kritik terhadap Bangunan Wacana Lesbian Kaum Feminis (Mudzakkir Khalil Ali), dan Problem Pola Relasi Gender Kaum Feminis (Munir).
Selain melakukan roadshow dauroh di Jakarta, kader-kader ulama ini bersama Dr Hamid besok juga akan mengadakan dauroh di Bandung. [nh/hidayatullah.com]