Hidayatullah.com–Polisi Prancis akhirnya membatalkan sebuah rencana pesta yang menyajikan makanan mengandung babi dan minuman beralkohol di pinggir jalan, di daerah pemukiman penduduk berpenghuni mayoritas muslim di kota Paris. Demikian keterangan yang disampaikan oleh pihak berwenang kemarin lusa.
Polisi menyatakan, pesta yang diberi nama “Saucisson et Pinard” (sosis babi dan minuman keras) itu bisa “berakibat serius bagi ketertiban umum.”
Pesta minuman keras tersebut semula akan digelar Jumat malam (18/6), ketika jalanan biasanya padat dengan warga muslim yang keluar dari masjid. Waktu itu juga bertepatan dengan menjelang pertandingan Aljazair melawan Inggris di piala dunia.
Dari rencana waktu, tempat dan acara terlihat jelas penyelenggara sengaja ingin memicu ketegangan bernuansa SARA.
Pesta yang diselenggarakan di daerah Goutte d’Or, Paris, atau juga dikenal dengan “Apero Geant” (pesta mabuk-mabukan) itu merupakan trend baru yang bermula dari situs jejaring sosial Facebook. Di mana penggagasnya mengajak warga Prancis untuk berbondong-bondong menghadiri pesta pinggir jalan.
Seorang wanita penggagasnya, yang memakai nama samaran Sylvie Francois di Facebook dan sudah menjaring pengikut sekitar 7.000, menyatakan bahwa acaranya itu adalah upaya untuk melawan “Islamisasi”, karena ia merasa lingkungan tempat tinggalnya dipenuhi dengan muslim.
Kepada koran Liberation beralasan, “Orang-orang asli Prancis tidak bisa minum-minum dengan tenang di sana. Jika Anda seorang wanita, Anda akan mendapat pandangan sinis jika tidak mengenakan kerudung.”
Kelompok bentukan Sylvie itu mendapat dukungan dari beberapa kelompok sayap kanan, termasuk Riposte Laique, Bloc Identaire (blok identitas) dan Solidarité avec les Français (solidaritas sesama orang Prancis).
Dua kelompok yang disebut terakhir terkenal karena sering membuka dapur umum yang menyediakan sup babi di berbagai kota seantero Prancis, dengan tujuan memberi makan orang tunawisma non-muslim. Dapur sup babi mereka dilarang oleh pemerintah Prancis pada tahun 2007, karena dianggap bersikap diskriminatif dan berpotensi menimbulkan kekacauan dalam masyarakat.
Kelompok antirasis Prancis, SOS-Racisme, mengutuk pesta yang akan dilakukan tersebut.
“Pesta ini jelas-jelas rasis,” kata jurubicaranya kepada surat kabar Le Post. “Penyelenggara mendasarinya atas prinsip yang sama dengan dapur sup babi.”
Pesta minuman keras berskala besar yang diikuti kalangan muda semakin marak di Prancis. Tapi kebanyakan dari pesta itu dibatalkan oleh pihak berwenang, khawatir akan menimbulkan teler massal.
Acara tandingan yang rencana akan digelar jika pesta mabuk-mabukan hari Jumat besok jadi digelar, juga dilarang oleh polisi.[di/f24/rtr/afp/hidayatullah.com]