Hidayatullah.com–Dari tahun ke tahun minat orangtua untuk menyekolahkan anaknya ke lembaga pendidikan Islam semakin meningkat. Hal ini dikatakan Badruzzaman Busyairi, Sekretaris Umum Yayasan Pendidikan Islam (YPI) Al Azhar Pusat.
”Ada kecenderungan bahwa masyarakat mulai melirik dan merasakan manfaat dari keberadaan sekolah-sekolah Islam,” kata Badruzzaman kepada hidayatullah.com.
Ini bisa dilihat dari semakin banyaknya berdiri sekolah Islam di berbagai daerah. Menurutnya, tidak mungkin sekolah-sekolah itu berdiri jika tak ada permintaan masyarakat.
”Para orangtua sedang mencari sekolah yang mampu menghasilkan siswa berakhlak baik.”
Sekarang ini, kualitas sekolah Islam sudah mulai disejajarkan dengan sekolah umum. Bahkan, jelas Badruzzaman, di Gorontalo SD Muhammadiyah dan MTS Negeri menempati peringkat teratas, mengalahkan sekolah umum.
Namun, Badruzzaman tak menyangkal bahwa sekolah Islam yang berkualitas itu identik dengan sekolah mahal.
”Ya memang begitu. Untuk menghasilkan sekolah berkualitas memerlukan biaya mahal,” jelasnya.
Salah satu faktor pendukungnya adalah guru yang berkualitas. Jika guru tak dipenuhi kebutuhan pokoknya, maka guru tersebut akan mencari penghasilan tambahan. Dengan begitu guru tak akan tekun mengajar.
Selain itu, dibutuhkan sarana seperti laboratorium, perangkat IT, ruang yang nyaman, dan lainnya.
”Untuk sekolah swasta dari mana dana untuk keperluan tersebut jika tidak dari para wali murid?” jelasnya.
Ia tidak setuju jika ini disamakan dengan komersialisasi pendidikan. Dinamakan komersialisasi, kata Badruzzaman, jika ada sekolah yang memungut biaya yang tidak masuk akal selama proses belajar. Atau memperjualbelikan bangku untuk para siswa baru.
Di sekolah-sekolah Al Azhar misalnya, memang biaya pendidikannya cukup mahal. ”Namun, dalam perjalanan setahun belajar kami tak memungut biaya-biaya lagi,” tandasnya.
Sejak awal sekolah-sekolah Al Azhar memang diperuntukan untuk kalangan menengah ke atas. Hal ini bukan berarti Al Azhar alergi dengan siswa dhuafa. Al Azhar tetap mempunyai program untuk siswa dhuafa, yakni dengan mendirikan sekolah binaan untuk mereka.
”Kami hanya berupaya menghindari rasa minder. Karena yang sudah-sudah banyak siswa dhuafa yang minder bila digabung dengan siswa yang berada. Ini yang membuat suasana belajar tidak kondusif. Untuk itu kami tengah merintis sekolah binaan untuk mereka,” demikian Badruzzaman. [syaf/hidayatullah.com]