Hidayatullah.com–Opini yang sering dibangun Wirathu, pemimpin Budha ekstrim di Burma agar Myanmar tidak boleh seperti Indonesia, negara yang dulunya dinilai mayoritas Budha dan Hindu tapi sekarang beralih menjadi mayoritar Islam.
“Saya melihat ada pembiaran terhadap pembantain dan pengusiran kaum Muslim Myanmar oleh pemerintahnya sendiri,” tukas Heri Ariyanto, Direktur Pusat Informasi dan Advokasi Rohingya Arakan (PIARA) pada hidayatullah.com.
Kelompok 969 yang dipimpin oleh pemimpin Buddhis Wirathu, dinilai telah mengorganisir kekerasan, pengusiran kepada Muslim dan meluas kebeberapa wilayah.
Target kelompok ekstrimis Budha ini adalah mengeliminasi kaum Muslim Myanmar dari basis terbesarnya yaitu di distrik Arakan, kemudian daerah-daerah lainnya.
Gerakan eliminasi Muslim Myanmar yang dihembuskan ekstrimis Budha 969 menurut Heri semakin menggila. Di daerah Meiktila, misalnya, lebih dari 400 orang tewas, 100 di antaranya anak-anak, 4000 rumah rusak, dan 13 masjid hancur.
“Provokasi yang disebarkan oleh Wirathu melalui, orasi, selebaran kertas, dan sticker bertuliskan 969, berhasil menggerakan kaum Budha memakai cara berupa pembunuhan dan pengusiran secara paksa dari tanah dan rumah-rumah mereka sendiri.”
Heri yang baru saja datang dari Myanmar mengatakan, pemerintah negeri itu dinilai sangat berat sebelah. Bahkan menurutnya, banyak bantuan antar negara yang seharusnya dimanfaatkan oleh kaum Muslim tidak disalurkan pada sasaran. Termasuk shelter-shelter yang dibangun untuk pengungsi Muslim yang murni bantuan dari LSM internasional.
Yang menarik lagi, San Suu Kyi yang dinilai ‘ibu demokrasi’ nya Myanmar justru memberi pernyataan yang ikut memberatkan kaum Muslim.
Yuk bantu dakwah media BCA 1280720000 a.n. Yayasan Baitul Maal Hidayatullah (BMH). Kunjungi https://dakwah.media/
“San Suu Kyi pun berdiam diri, wanita yang di kenal sebagai tokoh demokrasi Myanmar ini pun ikut mendukung dengan mengeluarkan pernyataannya dalam sebuah forum di Eropa. Ibu demokrasi Myanmar ini mengatakan bahwa dia tidak yakin etnis Rohingya itu bagian dari masyarakat Myanmar atau tidak,” ujarnya.
Yang juga ikut disayangkan Heri, kunjungan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) pada tanggal 24 April ke Myanmar dinilai tidak meninggalkan bekas positif terhadap kepentingan umat Islam Myanmar.*/Samsul Bahri