Hidayatullah.com—Masyarakat harus mewaspadai “Bencana Akidah” yang kerap terjadi pasca datangnya bencana alam atau krisis yang menimpa masyarakat di negeri ini. Pernyataan ini disampaikan Wakil ketua Umum Pimpinan Pusat Hidayatullah Hamim Thohari, Selasa, (2/11) di Jakarta.
Menurut Hamim, kondisi psikologis masyarakat yang sedang kehilangan keluarga, sanak saudara, dan harta benda menjadi peluang anasir-anasir tertentu untuk menawarkan hal-hal yang merusak aqidah berupa kembali kepada keyakinan-keyakinan lama.
“Seringkali dalam kondisi serba kekurangan dan kehilangan orang yang dicintai, masyarakat mudah terbujuk praktek-praktek merusak Aqidah berupa kembali kepada keyakinan lama,” ujar Hamim pada hidayatullah.com.
Praktek-praktek yang merusak aqidah, ujarnya, umumnya adalah praktek-praktek takhayul, bid’ah dan khurafat yang dibalut jargon-jargon indah ‘kearifan lokal’. Di mana jargon tersebut menjadi alat pembenar melakukan tindakan menjurus kesyirikan seperti sajenan, berdoa pada benda keramat, dan keyakinan pada leluhur.
“Pihak-pihak tertentu menipu kita dengan istilah memelihara ‘kearifan lokal’ yang ternyata menjadi pintu perbuatan syirik,”ungkap Hamim Thohari di kantornya Jl.Cipinang Cempedak, Jakarta.
Pihak-pihak yang menawarkan keyakinan bathil ini tidak bisa dianggap ringan,karena mereka didukung oleh kekuatan besar yang mengkampanyekan paham liberal dan pluralisme melalui jaringannya di Indonesia.
“Kegiatan-kegiatan merusak aqidah ini banyak disokong kekuatan-kekuatan Barat, dan intelektual yang kebarat-baratan atas nama ‘kearifan lokal’ itu,” ujarnya.
Dalam situasi krisis dan bencana yang terus-menerus menimpa bangsa Indonesia, Ia berharap masyarakat dapat bertindak dan bersikap dengan benar dan tepat dengan kembali keajaran Islam sehingga tidak terjebak praktek yang merusak akidah.
“Saya menghimbau kepada masyarakat agar bersabar dan kembali kepada Allah dalam menghadapi musibah,” paparnya.
Harapan ini juga ia tujukan kepada masyarakat Mentawai yang mualaf dan masyarakat sekitar Merapi yang masih abangan agar bersabar serta tidak terjebak keyakinan berbau khurafat,” tambahnya. [bil/hidayatullah.com]