Hidayatullah.com–Aksi protes warga kota Banda Aceh semakin mencuat pekan ini, terkait rencana pembangunan sebuah hotel berbintang dan pusat perbelanjaan modern (mall) di dekat Masjid Raya Baiturrahman di Banda Aceh.
Aksi protes ini dilakukan warga Aceh menyusul rencana pembangunan Hotel dan Mall milik jaringan bisnis AS di dekat Masjid Raya Baiturrahmah, Aceh.
Pengamat masalah-masalah perkotaan dari Universitas Syiah Kuala Banda Aceh, Hendro Saki mengatakan di Banda Aceh hari Senin (09/01/2012), salah satu yang cukup mengkhawatirkan, keberadaan mall akan mematikan masa depan pedagang kecil yang mayoritas bergerak di sektor usaha mikro kecil dan menengah (UMKM), terutama para pedagang di kawasan pusat pasar tradisional, Pasar Aceh.
“Kehadiran mall itu mematikan ribuan sektor usaha kecil (UKM), pedagang-pedagang di situ. Kita harus dorong ulama (pemuka Muslim), Imam masjid Raya,” ujar Hendro dikutip Voice of America (VoA), Senin (09/01/2012).
Hendro menambahkan, pembangunan hotel dan mall di sekitar masjid Raya Baiturrahman berpotensi mengganggu pemandangan masjid secara teknis.
Namun, praktisi ekonomi alumni Universitas Syiah Kuala Abdul Quddus justru setuju jika di Serambi Makkah ini dibangun hotel dan mall. Ia bahkan mengaku optimis pembangunan hotel dan mall yang menelan investasi sekitar Rp 200 Miliar itu, akan mampu memberi kontribusi bagi peningakatan pendapatan asli daerah (PAD) terutama dari sektor wisata, serta akan menyerap cukup banyak tenaga profesional yang ada di Aceh.
”Tenaga kerja di Aceh saat sangat banyak menganggur. Kalau itu bisa dimanfaatkan, cukup banyak menyerap tenaga kerja.Hanya saja konsep daripada hotel dan mall itu yang harus dipertegas oleh pemerintah (kota).”
Kalangan pelaku bisnis wisata memperkirakan sedikitnya dibutuhkan lebih 60 hingga 70 orang tenaga profesional yang dapat mengisi formasi berbagai jenis pekerjaan untuk kebutuhan disetiap lantai mall dan hotel yang rencananya dibangun berstandar internasional itu.
Seperti diketahui, Pemerintah Kota Banda Aceh telah menerbitkan izin mendirikan bangunan (IMB) untuk pembangunan Best Western Hotel dan Mall, dengan nilai investasi sekitar Rp 200 Miliar.
Wakil Walikota Banda Aceh Illiza Sa’aduddin Djamal mengatakan, pihaknya sampai sekarang mengapresiasi cukup positif seluruh masukan dari masyarakat.
“Saya akan memberikan masukan dan pandangan ini dalam (rapat-rapat ) pemerintahan kota Dalam hal ini perkembangannya setahu saya memang belum ada hal (kebijakan) apapun yang diterbitkan oleh pemerintah kota,” papar Illiza.
Sebelumnya, pihak pengembang (developer) mengatakan kepada pers, rencananya pembangunan Best Western Hotel dan Mall, dibangun 12 lantai, dengan tinggi bangunan sekitar 40 meter. Pihak pengembang berjanji akan menerapkan konsep pembangunan hotel dan mall yang bernuansa Islami. Lokasi hotel dan mall diperkirakan hanya berjarak sekitar 150 meter sebelah tenggara masjid raya.
Para pemerhati sejarah mengatakan, masjid Raya Baiturrahman, masjid kebanggaan rakyat Aceh itu, merupakan salah satu aset peradaban komunitas muslim dunia.
Dikutip Voice of America, beberapa praktisi infrastruktur mengatakan, jika jadi dibangun, Best Western Hotel dan Mall yang menelan investasi senilai Rp 200 Miliar itu merupakan milik salah sebuah jaringan bisnis dunia yang berpusat di Amerika Serikat.
Kalangan praktisi mengatakan, pembangunan Best Western Hotel dan Mall akan menjadi salah satu bentuk investasi infrastruktur sektor wisata terbesar pertama berstandar internasional yang pernah didirikan oleh salah satu jaringan bisnis dunia di pusat kota Banda Aceh, ibukota provinsi, yang telah lebih sembilan tahun lalu menerapkan Syariat Islam.
Sebelumnya, diberitakan media ini, ulama, dari Himpunan Ulama Dayah Aceh (HUDA) menentang kebijakan Pemerintah Kota Banda Aceh tersebut.
Hari Jumat pekan lalu, Ketua Mejelis Permusyawaratan Ulama (MPU) Aceh, Profesor Muslim Ibrahim mengatakan, rencana pembangunan hotel dan mall di kawasan atau di lingkungan masjid Raya Baiturrahman itu dapat menganggu kehormatan masjid. Prof Muslim menyarankan hotel dan mall tetap dibangun namun memilih lokasi ditempat lain.*
Keterangan foto: Graffiti warga yang menolak rencana pembangunan Hotel Best Western dan Mall di dekat lokasi Masjid Raya Banda Aceh/voice of america